Kamis 07 Apr 2022 11:03 WIB

Aroma Muslihat Israel di Balik Pelonggaran Pembatasan Selama Ramadhan

Israel longgarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
 Tentara Israel, Ilustrasi. Israel longgarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Tentara Israel, Ilustrasi. Israel longgarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Keputusan pemerintah Israel pekan ini untuk melonggarkan beberapa pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan telah menuai kritik dan dianggap sebagai tipu muslihat yang dibuat Israel. 

“Pemerintah Israel ini menyangkal hak-hak warga Palestina dan menggantinya dengan 'layanan dengan imbalan keamanan,'” kata pensiunan mayor jenderal mantan juru bicara layanan keamanan Otoritas Palestina dan anggota Dewan Revolusi Fatah, Adnan Al-Damiri, dilansir Arab News, Kamis (7/4). 

Baca Juga

Selama bulan suci, beberapa warga Palestina telah diberikan izin untuk mengunjungi Yerusalem dan berdoa di Masjid al-Aqsha pada hari Jumat. Keputusan tersebut, yang diumumkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennett pada hari Selasa, diambil setelah penilaian keamanan oleh pejabat tinggi militer. 

Wanita dari segala usia, anak-anak hingga usia 12 tahun dan pria berusia 50 tahun ke atas akan bebas memasuki masjid pada hari Jumat selama Ramadhan. Pria berusia antara 40 dan 49 tahun akan memerlukan izin yang sah. 

“Relaksasi pembatasan terkait dengan situasi keamanan dan akan dinilai kembali pekan depan,” kata sumber-sumber Israel.  

“Masalah Palestina bukanlah masalah layanan melainkan masalah politik yang didasarkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri, yang tidak ingin diakui oleh pemerintah, melainkan membatasinya pada masalah layanan,” kata al-Damiri. 

Damiri menambahkan, pemerintahan Bennett adalah pemerintahan terburuk yang pernah dilihat orang Palestina sepanjang sejarah konflik Palestina-Israel.

Ini “didasarkan pada janji-janji palsu dan kosong,” katanya, dan tidak melakukan apa pun–baik dalam kaitannya dengan ekonomi, kesehatan, atau meningkatkan kehidupan orang Palestina yang mungkin membedakannya dari otoritas sebelumnya yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu. 

Baca juga: Motif Tentara Mongol Eksekusi Khalifah Terakhir Abbasiyah dengan Dilindas Kuda

 

“Pada saat pemerintah Israel membunuh 57 warga Palestina dalam tiga bulan, termasuk enam anak-anak, dan melanjutkan kebijakan perluasan permukiman dan kekerasan pemukim terhadap Palestina, itu datang untuk menjual slogan-slogan palsu tentang pemberian fasilitas ilusi kepada kami,” kata al-Damiri. 

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan mengatakan kepadanya bahwa Israel menganggap serius serangan baru-baru ini yang menewaskan 11 orang. “Tahun ini Bukan waktunya untuk terorisme dan harus berlalu dengan damai,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement