Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Siapa yang Tak Mendapat Kebaikan?

Gaya Hidup | Friday, 08 Apr 2022, 21:44 WIB

"Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." (HR. Ahmad).
Gema Ramadan berkumandang begitu Sya'ban hendak berlalu. Semua orang bersiap, tentu melihat hilal Ramadan sudahkah muncul di ufuk? Berbagai tayangan resep takjil, menu berbuka, menu sahur bahkan resep 1 kilogram tepung terigu menjadi 14 jenis kue Lebaran pun sudah beredar.
Tips sukses puasa, kiat mengisi Ramadan, mix anda macth pakaian outfit Lebaran, pernah-perniknya, hingga healing Lebaran sudah beredar, siapa lagi jika bukan dari pelaku wisata. UKM pun bergegas tak mau ketinggalan, tak butuh jalan yang lebar, gang kelinci pun jadi asal lapak bisa berasap setiap menjelang berbuka puasa. Tak peduli meski sederet makanan yang sama, katanya kalau sudah rezeki gak akan kemana.
Semua dalam rangka apa? Menghadapi Ramadan. Bulan penuh berkah, entah senang karena target nilai ibadah, materi atau sekadar kemanusiaan yang jelas, setiap individu bergerak. Di sisi lain, jika pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu, mengapa angka kriminalitas tetap meningkat? Ibu membunuh anak, ayah membunuh anak dan sebaliknya. Penipuan, penculikan, perzinahan kian dipamerkan tanpa malu bahkan menjadi bisnis yang menggiurkan. Hingga ada seorang komika guna berkreatifitas menghasilkan kontennya rela membeli adegan porno seorang mahasiswa yang awalnya hanya untuk keperluan pribadi. Demi apa?
Mengapa perbuatan manusia hari ini melebihi setan? Hingga Rasulullah di akhir kalimat dalam hadis di atas mengatakan," Barang siapa tidak mendapatkan kebaikannya ( bulan Ramadan) berarti dia benar-benar terhalang atau terjauhkan dari kebaikan itu, nauzubillah ...
Jika kita lihat, Ramadan ini membuat segalanya lebih mudah, berbuat baik dengan niatan menambah pahala justru di bulan Ramadan akan dilipatgandakan, Allah SWT sendiri yang berjanji demikian. Namun faktanya banyak orang yang di akhir Ramadan tidak mendapatkan apapun, alias perubahan dalam dirinya sendiripun tak ada.
Ada beberapa hal yang benar-benar dibutuhkan saat ini jika tak ingin terhalang dari rahmat dan keberkahan Ramadan ini pertama, bersihkan hati mantabkan niat. Tak ada yang lebih baik dari seseorang yang menyadari kesalahan dan kekurangannya kemudian bertobat yang sebenar-benarnya tobat. Tidak akan mengulang kesalahan yang sama dan berusaha belajar dengan lebih serius, yang dimaksud di sini adalah menerapkan dalam segala lini hidupnya.
Kedua tak membiarkan ilmu yang sudah didapat dan diterapkan kepada dirinya sendiri lalu tidak disebarkan kepada yang lain. Jangan bayangkan menyebarkan kebaikan ini di atas podium dan berapi-api. Sebab hidayah terkadang tembus ke hati bukan karena kemegahan berorasi, namun hanya melalui ketulusan dan kesederhanaan lisan.
Sungguh amat disayangkan, jika sepanjang bulan Ramadan, masih memilih aturan hidup bukan berasal dari Allah SWT. Padahal setiap shalat kita selalu meyakinkan Allah SWT bahwa hidup dan mati kita untuk Allah SWT. Mengapa bisa berseberangan?
Terlebih bagi mereka yang masih menghadapkan dakwah amar makruf nahi mungkar dengan radikalisme, terorisme, intoleransi, pemecah belah bangsa, ideologi transnasional, moderasi dan yang lainnya. Bukankah ini sama dengan mereka membangun sendiri tembok penghalang dari kebaikan Ramadan?
Hendaknya setiap diri mempersiapkan kemungkinan terbaik, sebab Ramadan tak akan lama segera berlalu. Sebelum datang penyesalan, saat Ramadan tak optimal dan tak mau tahu. Ajal akan segera menjemput, ialah yang memutuskan kesempatan untuk mengulang kembali.
Sementara setan sudah dibelenggu, namun manusia yang memiliki kemuliaan lebih tinggi dari seluruh makluk ciptaan Allah SWT yang melebihi setan. Kitalah sendiri yang berhati batu , menolak kebenaran, penyebab kerusakan terus terjadi di muka bumi. Wallahu a'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image