Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Istiqomah

Angie : “Karena dimana-mana Korupsi Tidaklah Single Fighter”

Politik | Monday, 11 Apr 2022, 14:36 WIB
(Dok. Republika)" />
Angelina Sondakh bersama Aaliyah dan Keanu Massaid. (Dok. Republika)

Kebebesan Angelina Sondakh tersangka kasus korupsi Mega Proyek Hambalang mendapat apresiasi. Tak biasa, Angelina Sondakh berlinangan air mata menyesali perbuatannya saat di wawancarai Kompas TV beberapa saat lalu. Ia mengatakan untuk tidak mengikuti jejaknya yang buruk dan iapun meminta maaf atas kesalahannya itu.

Berbeda dengan para koruptor lainnya, tersenyum sumringah setelah menikmati duit rakyat mendapatkan fasilitas pula di penjara. Masih ingatkah koruptor di Sukamiskin waktu itu? Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif mengungkapkan, tarif untuk mendapatkan fasilitas mewah dalam sel narapidana di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat itu sekitar Rp 200 juta sampai Rp 500 juta.

Korupsi yang membudaya ini belum dapat diredam. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, sekali kasus terbongkar mustahil bermain proyek korupsi sendiri. Sistem Kapitalisme yang mahal seperti ini akan membuka peluang lebar untuk anggota legislatif melakukan hal itu. Bayangkanlah, untuk maju menjadi anggota DPR saja membutuhkan dana dan backingan yang layak untuk dapat meraih kekuasaan.

Menurut Wahyudi Al Maroky Direktur Pamong Institute berpendapat bahwa gaya korupsi Indonesia ini disebabkan oleh personal SDM bebas korup alias tidak memiliki niatan untuk korupsi, mekanisme system sekuler yang mahal menjadi pemicunya. Menurut KPK saja calon pilkada 82 % dibiayai oleh cukong, model seperti inilah yang akan menjadi bibitnya. Diduga kuat mampu melakukan tindakan korupsi, lewat pesta demokrasi yang mahal.

Kolaborasi pengusaha dengan politisi akan terus terjadi. Pengusaha mempertahankan usahanya bertemu denggan politisi mempertahankan kekuasaanya. Saling mendukung, bertemunnya dua kepentingan, melakukan langka-langka politik dan kemudian yang satu membiayai dana kampanye. Bibit ini berkembang dan diproduksi setiap lima tahun sekali. Bahkan didaur ulang dan tak kalah peliknya mantan koruptorpun bisa menjadi calon penguasa, karena undang-undangnya begitu, undang-undang memberikan konstribusi memberikan peluang untuk korupsi.

Maka dari itu tidak layak system sekuler demokasi menjadi sistem hidup. Para koruptor harus ditindak tegas tanpa ampun. Lihat kesenjangan antara si miskin dan si kaya diciptakan segilintir orang dengan pemahaman yang rusak itu. Ketidak adilan bersumber dengan nafsu kekuasaan yang serakah untuk memperkaya diri sendiri penguasa. Menindas yang lemah untuk kepentingan pribadi. Bahkan solusi-solusi yang ditawarkan bukanlah solusi yang solutif untuk menyelesaikan permasalahan umat. Seperti minyak goreng mahal ditawari dengan merebus makanan, tidak sesuai dengan janjinya saat menjadi calon wakil rakyat. Menyuarakan aspirasi rakyat dan tidak menzholiminya jauh dari angan-angan. Perlu sistem yang mampu mengawal kebutuhan masyarakat secara sempurna, mewujudkan keadilan dan bersumber dari rahmat Allah SWT agar tidak memelihara tukang korup menjadi pewaris bangsa

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image