Selasa 12 Apr 2022 17:05 WIB

Bulan yang Dinantikan

Ada 10 keutamaan puasa di bulan suci Ramadhan.

Mesaharati, Hajja Dalal (46) berkeliling permukiman untuk membagunkan sahur di Kairo, Mesir, Rabu (29/4). Mesaharati atau orang yang berkeliling permukiman ketika waktu sahur selama bulan suci Ramadhan merupakan sebuah pekerjaan musiman yang berlangsung selama Ramadhan dengan memukul drum pada dini hari atau waktu sahur dan menyanyikan kalimat-kalimat keagamaan yang berhubungan dengan Ramadhan.
Foto: AP / Nariman El-Mofty
Mesaharati, Hajja Dalal (46) berkeliling permukiman untuk membagunkan sahur di Kairo, Mesir, Rabu (29/4). Mesaharati atau orang yang berkeliling permukiman ketika waktu sahur selama bulan suci Ramadhan merupakan sebuah pekerjaan musiman yang berlangsung selama Ramadhan dengan memukul drum pada dini hari atau waktu sahur dan menyanyikan kalimat-kalimat keagamaan yang berhubungan dengan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ihza Aulia Sururi Tanjung

Tiap kali bulan Ramadhan semakin mendekat, kita seringkali mendengar nasehat dan wejangan para ulama tentang keutamaan bulan Ramadhan. Mereka selalu mengajak kita untuk banyak berdoa agar diberi rezeki “umur”, supaya dapat bertemu bulan yang selalu diidam-idamkan ini. Sebenarnya apa hal yang membuat Ramadhan begitu dinantikan?

Syaikh Dr Usamah Al-Hadidi, direktur Pusat Fatwa Elektronik Al-Azhar Internasional menguraikan 10 keutamaan puasa di bulan suci ini. Setidaknya ada tiga hal yang paling penting diuraikan dalam tulisan ini. 

Pertama, Allah SWT  menyandarkan amalan puasa untuk diri-Nya.

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda “…Sesungghunya amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya..” (Muttafaqun Alaih)

Sejatinya Allah SWT  tidak membutuhkan manusia.  Dalam penafsiran QS Ad-Dzariat ayat 6 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” , Imam Ibnu katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia untuk memerintahkan mereka beribadah, bukan karena Dia membutuhkan manusia. Begitu pula dengan amalan ibadah kita.

Lebih-lebih dalam Hadis Qudsi dikatakan sekalipun seluruh umat manusia dan jin memiliki hati yang sangat bertakwa, banyak ibadahnya dan amalnya, maka tidak akan sedikitpun menambah atau mempengaruhi kekuasaan-Nya (HR  Muslim).

Kenapa dikatakan “Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”? Karena hanya Allah-lah yang melihat dan mengawasi amalan puasa. Apakah ada yang bisa memastikan manusia menjalankan ibadah puasanya ? Sementara menahan hawa nafsu, rasa lapar, perbuatan buruk merupakan hal yang batin ? Bisa jadi seseorang diam-diam minum di siang hari tanpa diketahui. Sungguh rahasia seorang hamba dengan Tuhan-Nya.

Berbeda dengan ibadah lain, umpannya shalat.  Boleh saja seseorang memanjangkan sujudnya agar orang lain mengatakan “Dia shalatnya bagus atau khusyuk.”  Kendati ada pula yang berniat ikhlas karena Allah Ta’ala.

Amalan puasa ialah satu-satunya  ibadah yang Allah sandarkan untuk diri-Nya, Sungguh ini merupakan kehormatan besar bagi umat Rasulullah SAW.

Kedua, bagi orang yang berpuasa pintu khusus di surga.

Rasulullah SAW  bersabda : “Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “Ar-Rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Tidak akan ada yang memasukinya kecuali mereka…..” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya jika Allah SWT  telah menyampaikan hamba-Nya kepada bulan suci Ramadhan, semestinya dia tidak membuang-buang kesempatan tersebut. Maka ketika bulan Sya’ban merupakan bulan penutup dan diangkatnya amal ibadah kita, betapa eloknya jika kita mulai lembaran baru amal ibadah kita di bulan yang Allah lipat gandakan pahala, Allah muliakan kedudukan hamba-Nya dengan amal ibadah yang khusus ganjarannya.

Maka bergembiralah kita dengan ganjaran yang amat besar, karena salah satu pintu di surga yang bernama “Ar-Rayyan”, tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa (muttafaqun alaihi).

Ketiga, doa yang dikabulkan sampai berbuka.

Kedudukan doa orang yang berpuasa oleh Allah SWT  telah disetarakan dangan doa imam yang adil dan orang yang terzalimi (Hr. At-Tirmidzi)

Jika kita pahami dengan seksama, hal tersebut bermakna bahwasanya orang yang berpuasa memiliki kemuliaan. Bukankah sukar sekali untuk menjadi pemimpin yang adil dan begitu juga sangat menderitanya orang yang terzalimi?

Syekh Dr  Usamah Al-Hadidi pun menambahkan bahwa waktu sebelum berbuka adalah keadaan paling dekatnya orang yang berpuasa dengan Tuhannya.  Maka jangan sampai kita kehilangan dan melewatkan kecuali dengan banyak dzikir dan berdoa.

Prof  Quraish Shihab mengatakan bulan suci Ramadhan ini adalah bulan “obral pahala”, maka perbanyaklah ibadah. Penulis ingin sampaikan bahwa ibadah tidak hanya terbatas dengan mengkhatamkan Alquran, i’tikaf atau dzikir dan sebagainya. 

Bahwasanya melaksanakan kewajiban sebagai pegawai, pelajar, pekerja kantoran dan sebagainya merupakan kewajiban diri Anda atas Allah SWT, keluarga bahkan bos Anda di kantor. Menafkahi keluarga, menepati janji orang tua dan melaksanakan kontrak dengan perusahaan adalah hal yang wajib dan tidak boleh ditinggalkan. 

Jangan sampai Tahajud yang sepanjang malam kita tunaikan lantas membuat kita telat ke kantor atau absen dari kelas. Marilah tunaikan kewajiban kita seperti biasanya.  Syekh Dr  Usamah Al-Hadidi mengatakan jika kita justru memperbagus pekerjaan kita di bulan suci Ramadhan maka akan mendapatkan ganjaran yang besar, dimulai kegiatan kita dengan niat bekerja dan ibadah, dan sebisa mungkin sempatkan mengerjakan hal-hal yang sunnah.

Wallahu a’lam bishshawaab.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement