Jumat 15 Apr 2022 23:20 WIB

Pengurus MUI Sekaligus Dosen Hubungan Internasional Ini Minta Rusia-Ukraina Segera Damai

Ia berharap perang di mana pun segera berhenti karena merugikan kedua belah pihak.

Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian MUI Robi Nurhadi ( tengah) saat Konferensi Dakwah Internasional bersama Syaikh Ahmad Tamim, Mufti Ukraina (kiri) dan Syaikh Salim Alwan, Mufti Australia (kanan).
Foto: Dok. Pri
Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian MUI Robi Nurhadi ( tengah) saat Konferensi Dakwah Internasional bersama Syaikh Ahmad Tamim, Mufti Ukraina (kiri) dan Syaikh Salim Alwan, Mufti Australia (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Robi Nurhadi berharap invasi Rusia ke Ukraina segera berakhir dengan damai. Menurut Robi, yang juga Kepala Pusat Penelitian Pascasarjana Universitas Nasional, mengatakan bahwa umat Islam Indonesia sangat  menghormati nyawa manusia untuk dijaga, dan bukan untuk dibunuh dengan alasan yang tidak sesuai ajaran Islam. "Dalam Islam, membunuh satu orang sama dengan membunuh satu dunia, dikarenakan hilangnya satu nyawa menghilangkan keturunan dari orang yang dibunuh,” kata Robi di Jakarta, Jumat (15/4/2022).

Pernyataan terbuka pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, bahwa dunia Islam termasuk umat Islam Indonesia mendukung Rusia bertarung melawan Ukraina pun menuai respons Robi. Ia mengatakan, tidak ada ormas-ormas Islam di Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. 

Baca Juga

"Silakan lihat bagaimana sikap MUI, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam yang besar lainnya, adakah mereka mendukung seperti yang disampaikan Kadyrov? Umat Islam Indonesia tidak akan mendukung Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina karena bertentangan dengan ajaran Islam, dan bertentangan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945," klaim Robi.

Soal sikap Indonesia yang memutuskan abstain dalam pemungutan suara Resolusi di Majelis Umum PBB, terkait penangguhan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) belum lama ini, menurut Robi, bukanlah menunjukkan dukungan, melainkan sikap kehatian-hatian dalam menjaga kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional. 

"Indonesia fokus mengeskalasi perdamaian, bukan mengeskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina", ujar Robi Nurhadi, yang juga seorang pengajar Hubungan Internasional di Universitas Nasional.

“Begitu juga dengan sikapnya sebagai Ketua G20 yang tidak menolak Rusia, bukan berarti mendukung, melainkan karena bersikap netral,” kata Robi.

“Saya berharap perang di mana pun segera berhenti karena merugikan kedua belah pihak, apalagi antara Ukraina-Rusia. Segeralah hentikan. Hargailah nyawa manusia,” kata Robi, menambahkan. 

Dilansir dari Antara, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan, kehadiran Rusia di pertemuan-pertemuan terkait KTT G20 nanti menjadi tantangan bagi Indonesia yang memegang Presidensi G20 tahun ini.

“Ini adalah sebuah tantangan bagi Indonesia sebagai Presiden G20, namun saya yakin bahwa para pemimpin dan diplomat Indonesia begitu cerdas, bijak, dan berpengalaman, dan akan dapat mencari jalan terbaik untuk keluar dari situasi yang sangat kompleks ini,” ujar Hamianin dalam acara bincang-bincang yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dari Jakarta.

Pemerintah Rusia sebelumnya menyatakan niat untuk tetap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan G20. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin ingin menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan pada November mendatang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement