Senin 18 Apr 2022 15:33 WIB

Teknik Rekayasa Elektromedis UMP Borong Medali di Ajang ISTEC 2022

Dalam penelitian ini dikembangkan inkubator bayi dengan menambahkan modul WiFi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa teknik rekayasa elektromedis UMP.
Foto: Dokumen
Mahasiswa teknik rekayasa elektromedis UMP.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Mahasiswa Program Studi Teknik Rekayasa Elektromedis D4 Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Banyumas, Jawa Tengah, berhasil mencatat prestasi dalam ajang Internasional Science, Technology and Engineering (ISTEC) 2022. Inovasi teknologi yang mereka bawa ke ajang tersebut merupakan alarm inkubator bayi yang terintegrasi dengan IoT.

Kompetisi ini diikuti 18 negara dari empat benua, dengan pendaftar mencapai lebih dari 350 peserta di berbagai kategori. Pada kompetisi tersebut, tim Elektromedis UMP peraih medali emas adalah Intan Sakina Ramadhani dan Annisa Gallela Anjani yang dibimbing oleh Royan.

Sementara, peraih medali perak adalah Wafiyudin Syifa Fuadi serta Naufal Lutfi Hadi yang dibimbing oleh Kusnanto Mukti W. Untuk medali perunggu diperoleh Muhamad Hisyam Aushaaf, Farras Zuhdi, yang dibimbing oleh Rum Sapundani.

Dalam kompetisi tersebut, tim Elektromedis UMP mempresentasikan hasil penelitiannya dalam bentuk alat yang berjudul Movement Control of X Ray Device Using Voice Note and Program via Smartphone, An Advanced Alarm of Baby Incubator using IoT, dan An Inteliggent Infuse Pump fabrication using IoT for Time Efficiency and Emergency Situation Monitoring.

Salah satu peraih medali emas Intan Sakina Ramadhani mengatakan, judul An Advanced Alarm of Baby Incubator using IoT diangkat karena menurutnya bayi prematur memiliki berat badan yang rendah, hal ini membuat bayi tidak memiliki cadangan lemak yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya.

Maka itu, diperlukan inkubator bayi untuk menjaga suhu dan kelembapan di lingkungan bayi. “Inkubator bayi umumnya dilengkapi dengan alarm. Alarm memiliki fungsi vital untuk memberikan informasi tentang malfungsi sensor, suhu berlebih, kesalahan kipas, kegagalan power, dan kesalahan suhu,” jelasnya Senin, (18/4/2022).

Namun berdasarkan data, lanjut Intan, banyak bayi prematur yang mengalami luka bakar di punggung dan telapak tangan, bahkan meninggal. “Kurangnya pengawasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Sehingga perlu adanya notifikasi tambahan yang dapat melaporkan malfungsi di inkubator secara real time, di manapun perawat atau dokter berada,” jelasnya.

Menurutnya, sistem peringatan yang terorganisir dengan baik akan diintegrasikan untuk memastikan bahwa setiap malfungsi dapat dicegah atau diminimalkan. Dalam penelitian ini telah dikembangkan inkubator bayi dengan menambahkan modul WiFi ESP8266 untuk memberikan notifikasi melalui smartphone berbasis Android.

"Jadi, dokter atau perawat bisa mengetahui alarm tersebut meski berada di luar ruangan supervisi pasien, dokter atau perawat juga dapat melakukan tindakan darurat dengan menekan tombol yang tersedia di HP," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Program Studi Teknik Rekayasa Elektromedis D4 Fakultas Ilmu Kesehatan UMP Gema Romadhona berharap capaian ini bisa mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi. “Semoga bisa menjadi penyemangat, kebermanfaatan, dan keberkahan bagi kita semua,” ujar Gema.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement