Rabu 20 Apr 2022 00:40 WIB

BI Bali Ajak Pemkot Denpasar Intensifkan Pemantauan Stok Pangan

BI Bali menyatakan, risiko inflasi ke depan lebih tinggi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pedagang memikul karung berisi beras di toko (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak Pemerintah Kota Denpasar untuk lebih mengintensifkan pemantauan harga dan stok komoditas pangan.
Foto: Antara/Ampelsa
Pedagang memikul karung berisi beras di toko (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak Pemerintah Kota Denpasar untuk lebih mengintensifkan pemantauan harga dan stok komoditas pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak Pemerintah Kota Denpasar untuk lebih mengintensifkan pemantauan harga dan stok komoditas pangan di daerah itu menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah.

"Selain itu agar bekerja sama dengan Satgas Pangan untuk memastikan tidak ada aksi penimbunan stok pangan, serta memastikan distribusi berjalan dengan baik," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga

Trisno menyampaikan hal tersebut saat melaksanakan High Level Meeting (HLM) dengan Pemerintah Kota Denpasar untuk menjaga stabilitas harga menjelang perayaan Idul Fitri yang dipimpin Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa.

Kemudian ia juga merekomendasikan Pemkot Denpasar untuk membentuk BUMD pangan dan melakukan perluasan kerja sama antardaerah, baik di dalam maupun di luar Provinsi Bali. Selain itu peningkatan kualitas data harga dan stok bahan pangan di SIGAPURA (Sistem Informasi Harga Pangan Strategis).

Inflasi Denpasar di Maret 2022 tercatat sebesar 0,85 persen (mtm), 1,58 persen (ytd), dan 2,56 persen (yoy) dengan komoditas penyumbang inflasi utama diantaranya minyak goreng, angkutan udara, cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Trisno juga menyampaikan risiko inflasi ke depan lebih tinggi.

Ia mengatakan, sedikitnya ada dua faktor risiko penyebab inflasi yang perlu diantisipasi. Faktor risiko pertama yakni peningkatan jumlah wisatawan yang berarti peningkatan permintaan dan perlu diantisipasi dengan kecukupan dari sisi penawaran. Kedua, konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada kenaikan harga BBM dan beberapa komoditas dalam negeri.

Sementara itu Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa menyampaikan High Level Meeting merupakan kegiatan yang sangat strategis guna menjaga inflasi agar tetap stabil. Ia mengatakan kegiatan pemantauan harga rutin dilakukan melalui pemantauan ketersediaan pangan, melakukan update SIPAPA Online (Sistem Informasi Penyedia Ketersediaan Pangan secara OnLine), serta meningkatkan produksi bahan pangan.

SIPAPA Online dapat diakses oleh masyarakat sehingga informasi ketersediaan/stok dan harga pangan yang ada di penyedia dapat diketahui dengan cepat dan jelas. Selain itu, sinergi dan komitmen dari seluruh pihak harus terus dilakukan dengan mengacu pada prinsip 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif).

Pada akhir HLM, Kadek Agus mengemukakan ada tiga hal yang harus dilakukan dalam jangka pendek yakni melakukan sinergi dan koordinasi dengan lima distributor besar di Kota Denpasar untuk menjaga stabilitas harga. Kemudian melaksanakan operasi pasar di pasar-pasar tepi/pinggiran kota Denpasar yang berada di bawah PD Pasar, serta melakukan pengkajian lebih lanjut perihal pembentukan BUMD Pangan di Kota Denpasar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement