Jumat 22 Apr 2022 17:54 WIB

Momentum Ramadhan, MES Australia Gelar Sarasehan Ekonomi Syariah 

Sarasehan itu menampilkan secara virtual  empat  tokoh ekonomi syariah di Tanah Air.

MES Australia menggelar sarasehan ekonomi syariah di Sydney, Senin (18/4).
Foto: Dok MES Australia
MES Australia menggelar sarasehan ekonomi syariah di Sydney, Senin (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Industri ekonomi dan keuangan syariah di Australia menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal itu  seiring bertumbuhnya populasi Muslim di negara tersebut serta semakin tingginya permintaan akan produk dan layanan industri keuangan syariah. Namun, komunitas diaspora Indonesia di Negeri Kanguru belum memiliki peran yang cukup diperhitungkan dalam ekosistem ekonomi syariah setempat. Penguatan jejaring dan kolaborasi di antara berbagai komponen diaspora Indonesia menjadi keniscayaan agar peran komunitas Indonesia semakin signifikan.

Demikian takeaway utama dari event Sarasehan Ekonomi Syariah yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Khusus Masyarakat Ekonomi Syariah (PWK MES) Australia. Kegiatan tersebut digelar di CIDE (Centre for Islamic Dakwah and Education) Academy di Mount Druitt, barat kota Sydney, pada Senin (18/4) lalu. Dalam kesempatan ini, MES Australia menggandeng sejumlah organisasi komunitas Indonesia di Australia, yaitu CIDE New South Wales, PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, dan PCI Muhammadiyah Australia.

Ditemui di Sydney, Ketua Umum PWK MES Australia Shaifurrokhman Mahfudz menyampaikan motivasi kepengurusannya menyelenggarakan acara ini. “Dengan sarasehan ini kita berharap elemen-elemen diaspora Indonesia di Australia, khususnya di Sydney dan sekitarnya, bisa duduk bersama dan menyamakan persepsi kolektif.  Sehingga,  posisi diaspora Indonesia di dalam aktivitas ekonomi dan keuangan syariah di Australia ini bisa semakin diperhitungkan ke depan,” kata Shaifurrokhman Mahfudz  seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Hal ini juga didukung oleh situasi pandemi yang semakin kondusif. “MES Australia sudah berdiri hampir dua tahun, dan selama itu hampir semua event harus kita selenggarakan secara online. Alhamdulillah sekarang sudah semakin kondusif sehingga kita bisa menggelar acara secara tatap muka. Meski para pembicara masih hadir secara virtual, ada suasana berbeda ketika para peserta sarasehan bisa berpartisipasi secara langsung dan bisa benar-benar duduk bersama,” ujar Shaifurrokhman.

Bertindak sebagai keynote speaker dalam agenda Sarasehan ini adalah Konsul Jenderal Republik Indonesia di Sydney, Vedi Kurnia Buana. Dia menekankan pentingnya kolaborasi masyarakat diaspora Indonesia sehingga harapan agar komunitas Indonesia dapat berperan lebih besar lagi dapat diwujudkan. “Syukur alhamdulillah, keberadaan MES Australia telah diketahui secara luas oleh masyarakat diaspora kita di sini. Ke depan tentunya perlu terus diperkuat jejaring dengan berbagai organisasi Muslim maupun institusi-institusi ekonomi di Australia,” demikian pesan Konjen Vedi.

photo
Pengurus MES Australia dan sebagian peserta Sarasehan Ekonomi Syariah beserta keluarga.  (Foto: Dok MES Australia)

Dalam acara sarasehan ini, hadir secara virtual empat orang narasumber sharing session yang merupakan tokoh ekonomi syariah di Tanah Air. Dr Iwan Pontjowinoto, ketua MES Pusat yang pertama (periode 2000-2003) mengisahkan pengalamannya dalam berupaya mewadahi elemen bangsa yang peduli akan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Berbagai tantangan yang ada satu per satu dapat diatasi dan akhirnya terbentuklah organisasi MES. 

Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya pengendalian hawa nafsu sebagai sebuah jihad akbar sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang disampaikan sepulang dari Perang Badar. “Salah satu hawa nafsu yang halus dan tak terlihat adalah hawa nasfu merasa paling benar, dan itu menjadi salah satu hambatan paling besar dalam perjalanan ekonomi syariah di Indonesia,” ungkapnya.  

Di samping itu, dalam mengembangkan ekonomi syariah, faktor terpenting adalah tekad dan niat yang baik yang digerakkan oleh sebanyak mungkin pihak yang terlibat. “Jadi sepanjang ada niat, insya Allah akan terbuka lebar jalan untuk kita semua. Ini perlu diperhatikan juga oleh kawan-kawan MES Australia,” pungkasnya. 

Dr Anwar Abbas, ketua PP Muhammadiyah yang juga wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, menyoroti pentingnya sektor riil untuk terus bergerak dalam perekonomian, sehingga tidak semata sektor keuangan saja yang tumbuh semakin besar. Hal lain yang mengundang keprihatinan adalah ketimpangan sosial-ekonomi yang masih terus terjadi. “Karena itu diperlukan affirmative action untuk membela kepentingan ekonomi rakyat,” papar Buya Anwar.

Tuan Guru Bajang Dr Muhammad Zainul Majdi, yang merupakan Gubernur Nusa Tenggara Barat periode 2008-2018 menjadi narasumber ketiga. Pria yang akrab dipanggil TGB ini mengungkapkan pentingnya dua sayap yang menjadi sikap mental dalam pengembangan ekonomi syariah, yaitu al-khauf (yang mengandung makna kehati-hatian dan kekhawatiran yang konstruktif) dan ar-raja’ (yang mengandung makna harapan dan optimisme).

Menurutnya, meski peran ekonomi syariah dalam menopang perekonomian nasional masih relatif kecil, namun terbuka peluang yang besar di masa yang akan datang. “Termasuk di Australia, kawan-kawan bisa berkreasi seluas mungkin dalam mengembangkan ekonomi syariah, dengan tetap memperhatikan kaidah, nilai, dan rule of game,” ujarnya.

Selanjutnya, TGB memberikan penekanan pada pentingnya eksekusi setelah penguatan literasi. Menurutnya, literasi tidak akan maksimal manfaatnya jika masyarakat tidak mengetahui lembaga keuangan syariah yang bisa diakses secara mudah. Ia pun menguraikan pengalamannya terkait konversi Bank NTB Syariah.

TGB berpesan agar jangan sampai euforia ekonomi syariah hanya indah di bibir tetapi tidak membawa kemanfaatan berarti. “Di saat yang sama kita juga perlu memperbesar kapasitas dari institusi keuangan yang kita miliki, tanpa melepaskan kewajiban untuk memberikan pendanaan kepada masyarakat kecil. Dengan memperbesar kapasitas, kita bisa memperbanyak hal-hal yang bisa digarap yang selama ini mungkin belum tergarap,” tuturnya.

KH Cholil Nafis  PhD, tokoh NU yang juga ketua MUI Pusat, menyampaikan paparan berikutnya. Ia menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi oleh Muslim Indonesia, di antaranya adalah terjebak dalam karakter “budaya kemiskinan” dan karakter budaya instan. Karena itu, menjadi penting untuk memadukan pragmatisme, idealisme, dan tata nilai (aspek religi). “Dengan demikian kita dapat berharap untuk menghasilkan keseimbangan antara dua aspek: antara hasil akhir dan proses, antara keuntungan dan kemanfaatan, antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara,” demikian KH Cholil. 

Setelah shalat Maghrib berjamaah dan berbuka puasa bersama, acara pun dilanjutkan dengan penyampaian pandangan dari dua tokoh komunitas diaspora Indonesia, yaitu Dr Amin Hady (ketua Dewan Pakar MES Australia) dan Dr Teuku Chalidin Yacob (ketua Dewan Pembina MES Australia). Keduanya menyampaikan pesan senada, yaitu adanya tantangan untuk mengubah potensi yang ada menjadi sebuah real power. 

Dengan demikian, peran dan posisi komunitas diaspora Indonesia di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Australia akan semakin signifikan. “Saya berharap MES Australia tidak sekadar menjadi fasilitator, tetapi juga bisa mendorong pelaksanaan eksekusinya,” kata Dr Chalidin.

Secara keseluruhan agenda sarasehan ini berlangsung lancar dan sukses. Acara tersebut dihadiri langsung oleh sekitar 50 orang peserta termasuk dari perwakilan organisasi-organisasi komunitas diaspora Indonesia di Sydney dan sekitarnya, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim, ditambah 30 orang yang mengikutinya secara online.

Shaifurrokhman mengungkapkan kesyukuran pihaknya atas penyelenggaraan sarasehan ini. Karena,  dukungan stakeholders tersebut akan membantu mendorong ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Australia. 

“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bapak Dubes, Bapak Konjen, dan jajaran, para pembicara yang hadir secara virtual, juga tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai organisasi komunitas Indonesia di Australia. Semoga ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk mencapai sasaran yang lebih besar lagi di masa yang akan datang, sehingga tercapai kemaslahatan yang semakin luas lagi bagi diaspora Indonesia di Australia,” ungkapnya.

Selama bulan Ramadhan 1443 H ini, MES Australia turut berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan baik oleh perwakilan diplomatik RI maupun organisasi komunitas Muslim setempat. Sebelumnya, Konsulat Jenderal RI di Sydney menyelenggarakan kajian Ramadhan bertema semangat zakat untuk kebangkitan ekonomi ummat. Acara yang diselenggarakan di Masjid Al-Hijrah, Tempe, Sydney, ini turut didukung oleh MES Australia dan CIDE NSW. 

photo
Peserta Sarasehan Ekonomi Syariah MES Australia (18/4) melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di CIDE Academy, Mount Druitt, Sydney, Australia.  (Foto: Dok MES Australia)

Dalam kesempatan lain di bulan Ramadhan tahun ini, sejumlah pengurus MES Australia juga menghadiri agenda diseminasi informasi terkait perlindungan Warga Negara Indonesia dari tindak pidana terorisme. Turut hadir dalam acara sosialisasi tersebut Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Dr  Siswo Pramono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, Konjen RI di Sydney Vedi Kurnia Buana, para pimpinan ormas, tokoh masyarakat dan pemuka agama di Australia.

Shaifurrokhman bertindak sebagai pembicara kultum jelang berbuka puasa dalam acara sosialisasi ini. Ia menekankan pentingnya rasa syukur menjadi bagian dari sebuah bangsa yang dapat hidup dalam keberagaman budaya, agama, dan etnis karena adanya fundamental bangsa yang kuat dengan hadirnya Pancasila dan konstitusi UUD 1945. Hal ini terwujud berkat kerja kolektif dari seluruh elemen anak bangsa. Para founding fathers negeri kita telah menancapkan sendi-sendi bernegara dengan sangat baik.

“Dalam Islam, sebagaimana pesan tauhid yang dibawa oleh Rasulullah SAW, hidup dalam keberagaman merupakan fitrah yang harus disyukuri, karena pada dasarnya ajaran Islam adalah bentuk penghargaan terhadap manusia dan nilai-nilai kemanusiaan,” tegas Shaifurrokhman.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement