Selasa 26 Apr 2022 23:40 WIB

Kemenkes:68 Persen Jamaah Haji Indonesia Miliki Risti Kesehatan

Tren risti di kalangan jamaah haji Indonesia meningkat dari tahun ke tahun

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Budi Sylvana, menyatakan tren risti di kalangan jamaah haji Indonesia meningkat dari tahun ke tahun
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Budi Sylvana, menyatakan tren risti di kalangan jamaah haji Indonesia meningkat dari tahun ke tahun

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Lebih dari 50 persen dari total jamaah haji Indonesia yang miliki risiko tinggi (risti) kesehatan. Tren ini terus meningkat tahun ke tahun.    

"Rata-rata 63 hingga 68 persen jamaah haji Indonesia memiliki profil risiko tinggi kesehatan. Yang menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi kami adalah jamaah haji dengan profil risiko tinggi kesehatan semakin meningkat dan semakin bertambah sejak 2017 hingga 2020," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana saat ada diskusi virtual bertema Kesehatan Haji: Jurus Sehat dan Mabrur Berhaji, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Dia menambahkan, saat ini antrean masyarakat Indonesia untuk naik haji relatif panjang. Bahkan pihaknya membaca daftar antrean menunggu untuk naik haji sampai 46 tahun, contohnya seperti di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan. 

Artinya, dia melanjutkan, kalau seseorang mendaftar haji saat berusia 40 tahunan, kemudian baru bisa haji ketika usianya sudah 86 tahun.

 

"Ini menjadi catatan tersendiri. Artinya ke depannya, jamaah dengan risiko tinggi kesehatan akan semakin mendominasi," ujarnya.

Pihaknya juga mencatat, satu dari tiga jamaah haji Indonesia adalah kelompok lanjut usia (lansia). Dengan kata lain, dia menambahkan, sepertiga dari total jamaah adalah lansia. 

Dia menilai tren ini terus meningkat. Menurutnya, fakta ini menjadi pekerjaan rumah bahwa ke depannya, Indonesia akan berhadapan dengan kemungkinan bahwa jamaah lansia yang bertambah dan mungkin memerlukan penanganan khusus. 

Dia menjelaskan, lansia perlu diperhatikan karena mengalami penurunan fungsi tubuh. Bahkan, ida mengungkap data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap dua dari lima lansia atau sekitar 43 persen sering mengeluh gangguan kesehatan dalam sebulan terakhir. 

Tak hanya itu, satu dari lima lansia mengalami sakit dalam sebulan terakhir. Kemudian satu dari lima lansia mengalami sakit dalam sebulan terakhir. Kondisi lansia ini, dia melanjutkan, tidak melakukan kegiatan berat seperti haji.  

"Padahal, mereka (lansia) tidak melakukan proses haji yang cukup berat. Seperti yang kita tahu, haji bukan hanya ibadah melainkan juga aktivitas fisik yang cukup melelahkan, khususnya bagi lansia," katanya.

Artinya, dia melanjutkan, kalau melakukan haji yang cukup berat maka memengaruhi kondisi kesehatan jamaah. Untuk mengatasi masalah ini, dia pernah membaca tulisan dari  Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga di Kompas atau Republika bahwa perlu ada pembatasan aktivitas yaitu ada penyesuaian aktivitas jamaah. 

Dia sependapat dengan pendapat Tjandra. Sebab, dia melanjutkan, jamaah lansia mengalami penurunan fungai tubuh. 

"Jamaah (lansia) ini harus dikondisikan tubuhnya. Sehingga, perlu diberlakukan aktivitas yang terukur dan bisa menjaga kesehatan jamaah," katanya.

Kedepannya, dia menambahkan, jamaah lansia ini harus mengurangi aktivitas yang tidak terlalu penting seperti silaturahmi, keluar tenda dan lainnya. Menurutnya, imbauan pembatasan aktivitas ini yang perlu diedukasi kepada para jamaah.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement