Dr Erlina: Vaksin Butuh Waktu untuk Merangsang Terbentuknya Antibodi

Red: Reiny Dwinanda

Kamis 28 Apr 2022 06:30 WIB

Petugas kesehatan memeriksa kesehatan pemudik dil posko layanan vaksinasi Covid-19, Rest Area 86 ruas Tol Cipali, Jawa Barat, Selasa (26/4/2022). Layanan vaksinasi tersebut ditujukan untuk mempermudah pemudik yang belum sempat mendapat vaksin, baik dosis pertama, kedua maupun ketiga atau booster sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mempercepat penanggulangan pandemi COVID-19.Prayogi/Republika. Foto: Prayogi/Republika. Petugas kesehatan memeriksa kesehatan pemudik dil posko layanan vaksinasi Covid-19, Rest Area 86 ruas Tol Cipali, Jawa Barat, Selasa (26/4/2022). Layanan vaksinasi tersebut ditujukan untuk mempermudah pemudik yang belum sempat mendapat vaksin, baik dosis pertama, kedua maupun ketiga atau booster sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mempercepat penanggulangan pandemi COVID-19.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendapatkan vaksin booster telah menjadi syarat pelaku perjalanan dalam negeri. Agar vaksin bisa memberikan perlindungan optimal, idealnya bisa pemudik dapatkan jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan mudik.

Mengapa begitu? Hal ini karena vaksin membutuhkan waktu untuk merangsang terbentuknya antibodi dan memberikan perlindungan.

Baca Juga

"Jadi, jangan pulang lusa baru sekarang divaksin karena itu belum mendapatkan perlindungan biasanya," kata dokter dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Erlina Burhan SpP(K) dalam webinar, Rabu (27/4/2022).

Bagi pemudik yang baru mendapatkan vaksin di hari keberangkatan maka menerapkan protokol kesehatan secara disiplin menjadi hal wajib. Ini juga berlaku bagi mereka yang sudah divaksin beberapa waktu sebelum mudik.

Faktor pajanan yang terus menerus ditambah jumlah virus yang masuk ke tubuh masih memungkinkan seseorang terkena Covid-19. Inilah alasan protokol kesehatan tetap penting orang-orang terapkan.

Dr Erlina mengatakan, para pemudik yang memanfaatkan moda transportasi umum masih menghadapi risiko terhadap keramaian, baik itu saat antre menaiki kendaraan maupun di dalam kendaraan. Apalagi, bila mereka harus menempuh waktu berjam-jam di perjalanan.

"Itu kemungkinan bila ada satu orang yang terinfeksi dan tidak menerapkan protokol kesehatan, virus akan bersirkulasi di dalam kendaraan. Jadi, karena kita tidak tahu siapa yang sakit dan tidak, apalagi sekarang tidak perlu PCR, saya kira ini tanggung jawab pribadi untuk melindungi diri sendiri," kata Erlina.