Jumat 29 Apr 2022 08:13 WIB

Eksekusi di Iran Meningkat Tajam pada 2021

Laporan lembaga swadaya masyarakat ungkap tingginya eksekusi mati di Iran

Rep: Eva Rianti/ Red: Christiyaningsih
Laporan lembaga swadaya masyarakat ungkap tingginya eksekusi mati di Iran. Ilustrasi
Foto: .
Laporan lembaga swadaya masyarakat ungkap tingginya eksekusi mati di Iran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Sebuah laporan dari dua lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkemuka di Iran menunjukkan setidaknya 333 orang dieksekusi di Iran pada 2021. Angka tersebut meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2020 sebanyak 267 orang.

Laporan mencatatkan adanya lonjakan jumlah yang dieksekusi karena pelanggaran narkoba dan hukuman gantung bagi wanita. Setidaknya sebanyak 126 eksekusi adalah tuduhan terkait narkoba, lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan angka 2020 sebanyak 25 orang. Ini menandai pembalikan besar dari tren penurunan eksekusi terkait narkoba pada 2017 sejak Iran mengadopsi amandemen undang-undang anti-narkotika dalam menghadapi tekanan internasional.

Baca Juga

Lebih dari 80 persen eksekusi tidak diumumkan secara resmi, termasuk semua yang terkait dengan pelanggaran narkoba. Laporan itu juga menunjukkan setidaknya 17 wanita dieksekusi pada 2021, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020 sebanyak sembilan orang. Rinciannya, 12 dijatuhi hukuman karena pembunuhan dan lima atas tuduhan terkait narkoba.

Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam menyatakan keprihatinan bahwa ada faktor kurang pengawasan pada catatan hak-hak Iran karena kekuatan fokus membawa negosiasi nuklir ke kesimpulan positif. Dia menyebut ada kekhawatiran yang berkembang pada jumlah perempuan yang dieksekusi atas tuduhan membunuh seorang suami atau kerabat yang menurut para aktivis mungkin telah dilecehkan.

Laporan itu juga menyatakan keprihatinan bahwa eksekusi terhadap etnis minoritas terus meningkat pada tahun 2021, yang menyebabkan sejumlah besar dari mereka yang dihukum gantung. “Tahanan dari minoritas Baluch menyumbang 21 persen dari semua eksekusi pada tahun 2021, meskipun mereka hanya mewakili 2—6 persen dari populasi Iran. Lalu, sebagian besar tahanan yang dieksekusi karena tuduhan terkait keamanan adalah etnis minoritas Arab, Baluch, dan Kurdi,” kata Amiry-Moghaddam dikutip TRT World, Kamis (28/4).

Tingkat eksekusi di Iran juga meningkat setelah pemilihan mantan kepala kehakiman Ebrahim Raisi pada Juni untuk kursi kepresidenan. Pernyataan itu diungkap dalam laporan Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Norwegia dan France’s Together Againts the Death Penalty (ECPM).

Laporan itu mendesak kekuatan dunia yang bernegosiasi dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan mengenai program nuklirnya untuk menjatuhkan hukuman mati di Republik Islam Iran, yang mengeksekusi lebih banyak orang setiap tahun daripada negara manapun selain China. Dalam satu perkembangan yang disambut baik, laporan itu menyebut tidak ada eksekusi publik di Iran pada tahun 2021 untuk pertama kalinya dalam satu dekade, tetapi menyatakan keprihatinan mereka dapat dimulai lagi.

“Masyarakat yang secara rutin terpapar kekerasan terorganisir seperti itu telah menerima hukuman mati sebagai solusi hukum, dan hukuman mati sebagai akibatnya menjadi alat represi di tangan pemerintah,” kata sutradara Iran Mohammad Rasoulof, yang filmnya tentang dampak kematian hukuman di Iran telah memenangkan hadiah internasional, dalam kata pengantar laporan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement