Oleh : Irkhamiyati*
IHRAM.CO.ID, Ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa perempuan berkemajuan adalah suatu kondisi pergerakan perempuan yang melebihi kodratnya. Pendapat tersebut tidaklah benar. Menurut PDA Karanganyar, perempuan berkemajuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama, kedudukan perempuan mempunyai derajat dan perlakuan yang sama dengan dengan laki-laki tanpa adanya diskriminasi, sedangkan yang membedakan adalah derajat iman, takwa, dan amal salehnya. Hal ini didasarkan pada Alquran surat Al-Hujarat ayat 13, An-Nahl ayat 97, dan Al-Isra ayat 70.
Ciri perempuan berkemajuan yang kedua yaitu mampu menjalankan fungsi utama yang sama dengan kaum laki-laki dalam rangka menjalankan ibadah dan fungsi kekhalifahan di bumi ini. Hal ini didasarkan pada Alquran surat Ad Dzariyah ayat 56, Al-Baqarah ayat 30, dan Hud ayat 60. Ciri perempuan berkemajuan yang ketiga adalah berpegang pada ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW.
Hal ini didasarkan pada Alquran surat Al-Qolam ayat 4, dan hadis Riwayat Bukhori yang menjadi pedoman kepribadian Muslim dan Muslimah. Ciri perempuan berkemajuan yang keempat, dalam rangka mengaktualisaikan diri, dalam meraih ketakwaan, iman, dan amal saleh, serta kekhalifahan di bumi.
Dalam posisi ini, perempuan mempunyai peluang yang terbuka dan leluasa untuk berperan dalam seluruh ranah kehidupan. Peluang perempuan termasuk di ruang publik. Perempuan juga berpeluang dalam kegiatan kepemimpinan di berbagai struktur kehidupan.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama. Perempuan berkemajuan tidaklah melebihi kodratnya. Perempuan berkemajuan justru mempunyai peluang besar untuk mengaktualisasikan dirinya dalam seluruh sektor kehidupan.
Kondisi demikian janganlah hanya menjadikan perempuan sebagai unsur pelengkap tanpa makna. Sebagai contoh perempuan hanya sebagai prasyarat dalam pendaftaran calon anggota dewan, perempuan sebagai prasyarat pengurus partai, dan sejenisnya.
Makna aktualisasi diri perempuan berkemajuan lebih ditekankan pada sisi kebermanfaatannya bagi lingkungan dan masyarakat. Sebagai contoh saat ramadhan saat ini. Perempuan bisa lebih berkiprah sesuai dengan kemampuannya dari lingkungan terkecil, terdekat, sampai pada ranah nasional dan global.
Perempuan berkemajuan saat Ramadhan bisa diterapkan mulai dari rumah tangganya masing-masing. Bagaimana sosok ibu dan anak perempuan lebih berperan dalam menghidangkan menu berbuka dan sahur. Bagaimana ibu lebih aktif mengkondisikan situasi saat sahur.
Bagaimana ibu mengelola keuangan saat Ramadhan sampai lebaran, dsb. Beberapa hal tersebut adalah kiprah perempuan berkemajuan yang dimulai dari lingkungan terkecilnya.
Gerakan perempuan berkemajuan ini selaras dengan tujuan berdirinya ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang didirikan sebagai jawaban atas pentingnya perempuan berkiprah di wilayah-wilayah sosial kemasyarakatan.
Gerakan ‘Aisyiyah dituntut untuk melakukan revitalisasi baik dalam pemikiran maupun orientasi praksis yang mana gerakannya mengarah pada pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan yang utama secara visioner. Perempuan berkemajuan, teruslah bergerak sebagai wujud aktualisasi diri Kartini masa kini.