Senin 02 May 2022 08:46 WIB

PPP Ajak Masyarakat Bersyukur di Momen Lebaran 2022

Ia menekankan pentingnya bersyukur terhadap segala karunia dari Allah. 

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PPP Arsul Sani
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PPP Arsul Sani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengajak umat Islam menjadikan Idul Fitri 1443 H pada Senin (2/5) sebagai momentum untuk memperbaiki diri. Ia menekankan pentingnya bersyukur terhadap segala karunia dari Allah. 

Arsul menyampaikan Lebaran kali ini merupakan pertama kalinya yang dirayakan karena angka penderita Covid-19 sudah menurun. Karena itu, perayaan Lebaran kali ini menurutnya harus disyukuri karena sudah dinantikan sejak dua tahun terakhir. 

Baca Juga

"Ini adalah Idul Fitri pertama pasca merebaknya pandemi Covid-19 yg bukan saja menurunkan derajat kesehatan kita semua, namun juga kehidupan ekonomi kita. Karena itu bersyukur adalah hal yang patut kita kedepankan," kata Arsul kepada Republika, Senin (2/5/2022). 

Arsul mengatakan, rasa syukur salah satunya bisa diwujudkan dalam bentuk ibadah-ibadah khusus seorang Muslim kepada Allah SWT. "Kemudian juga ibadah sosial kepada sesama kita terutama saudara-saudara kita yang masih mengalami kesusahan yang berat dimasa pandemi kemarin. Ini saatnya kita yang diberi kelebihan untuk berbagai lebih banyak lagi," ujar wakil ketua MPR RI tersebut. 

 

Selain itu, Arsul menyebut rasa syukur berikutnya dapat diwujudkan dengan membangun kembali persaudaraan yang barangkali belum sempat tersatukan. Khususnya yang disebabkan oleh perbedaan sikap dan pilihan politik. 

"Mudah-mudahan momentum Idul Fitri ini kita juga bisa kembali menyiapkan diri agar bisa berkepribadian lebih baik, toleran dan menempatkan persaudaraan di atas perbedaan," ucap Anggota Komisi III DPR RI itu. 

Sebelumnya Menteri Agama Indonesia Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan Idul Fitri 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022. Keputusan ini diambil setelah melakukan proses hisab dan rukyat.

Pemerintah melalui Kementerian Agama disebut selalu menggunakan dua metode ini, yang menjdadi bagian tidak terpisahkan, yaitu metode hisab (perhitungan) dan rukyat (melihat lgsung keberadaan hilal). Dua cara tersebut bukanlah metode yang diperhadapkan atau dipertentangkan, melainkan saling melengkapi satu dan lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement