Wali Kota di Uzbekistan Beri Bantuan dari Dana Pribadi Selama Ramadhan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah

Kamis 05 May 2022 13:32 WIB

Sebuah masjid di Uzbekistan Ilustrasi. Bantuan Wali Kota Tashkent Uzbekisten bentuk solidaritas Sebuah masjid di Uzbekistan Ilustrasi. Bantuan Wali Kota Tashkent Uzbekisten bentuk solidaritas

REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT – Wali Kota Tashkent Uzbekistan, Jahongir Artykhodzhaev, menjaga semangat solidaritas dan amal untuk tetap hidup dengan membantu orang-orang yang membutuhkan selama bulan suci Ramadhan. Dia juga mengadakan pertemuan dengan penduduk Tashkent. 

Artykhodzhaev, dilansir Daily Sabah, Rabu (4/5/2022), secara pribadi mendengarkan masalah orang yang membutuhkan dalam pertemuan yang diadakan setiap hari selama Ramadhan.

Baca Juga

Penduduk Tashkent yang mendekati Artykhodzhaev, meminta segala macam bantuan, termasuk keuangan, medis, pendidikan, dan banyak lagi.

Wali Kota itu bahkan menghabiskan uang dari sakunya sendiri pada saat undang-undang membatasi memberikan bantuan yang diminta oleh warga. 

Misalnya, dia menyumbangkan apartemen dua kamar tidur kepada seorang wanita yang mengadopsi tiga anak dari panti asuhan dan membayar sewanya.

Dia juga menyumbangkan sebuah mobil kepada mantan juara catur dan menyediakan dana medis untuk orang sakit dan cacat. 

Artykhodzhaev juga memberikan beasiswa tujuh tahun kepada gadis-gadis yang lulus ujian pendaftaran universitas tetapi tidak mampu membelinya.

Seorang mahasiswi penyandang disabilitas juga menerima kursi roda listrik. Penduduk Tashkent yang menganggur juga mendekati walikota untuk meminta pekerjaan dan tidak pergi dengan tangan kosong selama bulan suci Ramadhan.

Uzbekistan, salah satu negara pecahan Uni Soviet, kini berpenduduk sekitar 23 juta jiwa. Sebagian besar mereka memeluk agama Islam Sunni (bermazhab Hanafi). Agama lain yang berkembang di sini adalah Kristen Ortodoks, Yahudi, dan sebagian kecil atheis.

Beberapa dekade yang lalu, Tashkent merupakan sebuah kosmopolitan dan pusat liberal. Seiring berjalannya waktu, pada 1990-an, terjadi perang yang membawa pengaruh ekstremisme dan terorisme. Dari kejadian itu, Tashkent seolah-olah menjadi benteng agama bagi kebangkitan Islam.