Kamis 05 May 2022 16:01 WIB

Libur Lebaran Momen Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi DIY

Okupansi atau tingkat hunian hotel meningkat tajam.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Pengunjung berwisata di Bukit Paralayang Watugupit, Giricahyo, Purwosari, Gunung Kidul, D.I Yogyakarta, Rabu (4/5/2022). Watugupit dengan panorama garis Pantai Selatan dari ketinggian tersebut merupakan salah satu destinasi wisata alam andalan di Kabupaten Gunung Kidul.
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Pengunjung berwisata di Bukit Paralayang Watugupit, Giricahyo, Purwosari, Gunung Kidul, D.I Yogyakarta, Rabu (4/5/2022). Watugupit dengan panorama garis Pantai Selatan dari ketinggian tersebut merupakan salah satu destinasi wisata alam andalan di Kabupaten Gunung Kidul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Momen libur Lebaran di 2022 ini menjadi momen kebangkitan pariwisata dan perekonomian, khususnya di DIY. Pasalnya, di Lebaran kali ini DIY kedatangan banyak pendatang atau wisatawan.

Hal ini disampaikan Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, yang mana meningkatnya kunjungan wisatawan kali ini berdampak pada pariwisata dan perekonomian DIY. Salah satunya pada sektor perhotelan dan resto, yang saat ini okupansi atau tingkat huniannya meningkat tajam.

"Ini menjadi kebangkitan pariwisata dan ekonomi, jadi libur Lebaran ini menjadi salah satu tonggak kita untuk lebih semangat lagi membenahi fasilitas hotel dan memberikan pelayanan yang baik," kata Deddy kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Kamis (5/5/2022).

Deddy menuturkan, saat ini okupansi hotel dan resto di DIY rata-rata hampir mencapai 90 persen. Meskipun begitu, khusus untuk kapasitas kamar hotel yang dioperasikan belum 100 persen.

 

DIY sendiri masih berstatus PPKM level, sehingga kapasitas kamar yang dioperasikan baru 80 persen. Namun, dengan tingginya okupansi dinilai memberikan peluang bagi industri perhotelan dan resto untuk bangkit di pandemi Covid-19 saat ini, termasuk sektor lainnya.  

"Target kita itu 80 persen untuk okupansi, tapi sejak tanggal 3 sampai 4 saja okupansi sampai 89,9 persen, hampir 90 persen, cukup memberikan kita nafas. Ini bukan hanya PHRI yang merasa diuntungkan, tapi ada multi layer effect atau efek yang luas seperti ke UMKM dan juga destinasi pariwisata," ujar Deddy.

Hal ini juga didukung dengan lama tinggal (length of stay) wisatawan yang turut meningkat. Bahkan, kata Deddy, lama tinggal wisatawan di libur Lebaran kali ini meningkat dari sebelum pandemi yakni 2019 lalu.

Saat ini rata-rata lama tinggal wisatawan mencapai 2,8 hari sampai 3 hari. Padahal, pada 2019 lalu lama tinggal wisatawan rata-rata hanya 1,5 hari dan paling tinggal hanya dua hari.

"Paling banter di 2019 itu dua hari, faktornya dimungkinkan karena saat sudah diperbolehkan mudik setelah dua tahun tidak diperbolehkan pemerintah," jelasnya.

Di masa libur Lebaran kali ini, wisatawan yang datang ke DIY berasal dari berbagai daerah. Tertinggi mulai dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan di luar Pulau Jawa yakni dari Sumatra dan Kalimantan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement