Jumat 06 May 2022 17:54 WIB

Kongres Muhammadiyah 1922 dalam Pandangan Pers Belanda

Di usia 10 tahun, Muhammadiyah sudah besar hingga tak bisa diabaikan Belanda.

Kongres Muhammadiyah di masa lalu. Kongres Muhammadiyah 1922 dalam Pandangan Pers Belanda
Foto: Suara Muhammadiyah
Kongres Muhammadiyah di masa lalu. Kongres Muhammadiyah 1922 dalam Pandangan Pers Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Yuanda Zara, Staf Pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

Muktamar Muhammadiyah, yang dulu bernama kongres, yang sebelumnya lagi bernama rapat tahunan, telah dilangsungkan oleh Muhammadiyah sejak tahun pertama organisasi ini berdiri. Beberapa muktamar telah mendapat perhatian cukup banyak, terutama yang menghasilkan keputusan-keputusan fundamental bagi organisasi dan yang berkaitan dengan relasi Muhammadiyah dengan masyarakat ataupun negara. Ini tampak dalam dokumentasi dan kajian yang melimpah tentang sejumlah muktamar.

Baca Juga

Beberapa contoh bisa disebut di sini, misalnya Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda  Aceh pada 1995, masa ketika Orde Baru sedang berada pada puncaknya sementara pada tanwir Muhammadiyah sempat ada pembahasan tentang suksesi kepemimpinan nasional. Namun, Presiden Soeharto hadir dalam pembukaan muktamar dan bahkan dalam sambutannya menyebut bahwa dirinya adalah ‘bibit Muhammadiyah yang ditanam di bumi Indonesia’.

Demikian dengan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar tahun 2015, yang menetapkan konsep negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah (negara tempat melaksanakan konsensus nasional dan negara sebagai tempat untuk mengisinya). Menilik berbagai dokumentasi maupun riset yang dilakukan berbagai pihak, dapatlah diketahui bahwa sudah cukup banyak tersedia bahan bagi publik dalam memahami dinamika muktamar Muhammadiyah khususnya pada periode 1990-an dan setelahnya.

Agak berkebalikan dengan ketersediaan yang cukup dari informasi dan perspektif mengenai muktamar Muhammadiyah dari periode 1990-an dan selepasnya, masih sedikit yang diketahui tentang kongres-kongres Muhammadiyah di tahun-tahun formatifnya, katakanlah misalnya pada satu atau dua dekade awal sejak eksisnya Muhammadiyah. Itu adalah periode sekitar seratus tahun silam, ketika produksi informasi tidak semudah dan semasif di masa sekarang, masa ketika tingkat literasi masih sangat rendah dan dokumentasi mengenai berbagai peristiwa terbatas jumlahnya.

Salah satu contohnya adalah mengenai kongres ke-11 Muhammadiyah, yang berlangsung pada Maret 1922 di Yogyakarta. Kala itu, Muhammadiyah sudah berusia sepuluh tahun, sebuah momentum yang penting dalam siklus kehidupan, mengingat akhirnya organisasi ini bisa mencapai angka dua digit dalam eksistensinya. Bagi Muhammadiyah, umur dua digit ini adalah pencapaian eksistensi besar pertamanya, sebelum akhirnya, sembilan dekade kemudian, organisasi ini akhirnya bisa mencapai umur tiga digit, seratus tahun Muhammadiyah (2012).

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement