Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Warkop(e): Warung Kopi Edukasi, Mungkinkah?

Eduaksi | Sunday, 08 May 2022, 10:06 WIB

Di mana-mana menjamur kedai kopi. Tidak hanya di desa, namun di kota-kota juga sama. Warkop sudah dikelola profesional. Sebagaimana manajemen supermarket atau perusahaan. Sangat jauh dengan kondisi 10 tahun ke belakang, warung kopi identik dengan tempat sempit, becek, kumuh.

Penulis sering menjumpai dan mengunjungi beberapa kedai kopi atau warung kopi. Mereka berlomba memberikan pelayanan terbaik, baik dari sisi penampilan, suguhan, fasilitas, penyambutan, lokasi dan promosi.

Tempat Mangkal Anak Muda

Warkop memang media cangkrukan anak muda. Sebagai tempat melepas lelah, diskusi, atau hanya sekedar menghabis waktu. Ada juga yang niat nyantol jaringan internet.

Kondisi ini tidak bisa dielakkan, sebagai konsekuensi dari dinamika kehidupan.

Foto sekedar sebagai pendukung tulisan.Kondisi salah satu Warkop, di Modo (diambil atas izin mereka). Ahad, 8/5/2022.

Pernahkan kita dan pemilik warung kopi terlintas, untuk "membaca" peluang dibalik menjamurnya warkop? Warkop tempat berkumpulnya puluhan anak bangsa. Tanpa diundang mereka berdatangan, dengan berbagai maksud dan tujuan.

Adakah Warkop(e)?

Warung Edukasi. Namanya terlihat "angker" ya? Atau berbau intelektual? Nggak juga. Ini sekedar memudahkan maksud saja.

Warkop(e), kayakya harus mulai dipikirkan oleh para pemilik dan pengusaha minuman ini. Selain orientasi bisnis, juga ada nilai-nilai pendidikan.

Nilai pendidikan yang saya maksud, bukan seperti sekolah, tapi memberi muatan-muatan positif yang terkait dengan pembiasaan, pola, dan sejenisnya.

Perlu Aturan jam Buka dan Tutup

Menurut pemahaman saya, perlu aturan jam waktu buka dan tutup. Semisal, buka jam 07.00 pagi, tutup jam 22.00 atau 23.00. Mengapa? Agar ada waktu rehat bagi pelajar yang memang mayoritas "penghuni" warkop(e). Karena yang sering saya jumpai, ada warkop-warkop yang buka 24 jam. Ini kalau tidak ada keberanian dan tekad dari pemilik, pelanggan akan tetap mengikuti jam buka dan tutup pemilik.

Kalau ini bisa dilakukan, secara tidak langsung pemilik warkop(e) turut serta dalam "pendidikan" para remaja. Walaupun terkesan sederhana, namun tetap akan berpengaruh dalam jangka panjang.

Videotron di Warkop(e)

Lebih hebat lagi jika pengelola kedai menyiapkan TV, video, LCD besar dipasang di dalam warkop(e). Ini bisa dilakukan untuk kategori warkop(e) yang besar, yang banyak dikunjungi.

Isi videotron tersebut bisa berbentuk iklan layanan tentang semangat belajar, motivasi, atau video lain yang mengajak para generasi muda menatap masa depan. Ini bukan idealis banget, tapi sesuatu yang bisa dilakukan.

Apa Peran Pemerintah?

Pemerintah setempat bisa mengambil peran strategis dan menyediakan fasilitas yang dimaksud untuk menuju Warung Kopi Edukasi (WarKopE).

Tidak ada yang mustahul, selagi kita meniatkan.

InsaAllah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image