Senin 09 May 2022 20:02 WIB

Haedar: Muhammadiyah Harus di Garis Depan untuk Kemajuan Umat Islam

Muhammadiyah perlu menegaskan dan terus menghadirkan pandangan Islam Berkemajuan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga besar Muhammadiyah melaksanakan acara silaturahim secara daring maupun luring di seluruh Tanah Air dan mancanegara pada akhir pekan lalu. Dalam kesempatan itu, ada beberapa hal yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Salah satunya, tentang Muhammadiyah pasca-Ramadhan.

Haedar bersyukur, gerakan Islam yang didirikan Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 1912 ini telah memelopori dan berkembang maju dalam mewujudkan cita-cita Islam sebagai din al-hadlarah, yakni agama berperadaban yang berkemajuan. "Namun harus diakui Muhammadiyah masih memiliki kekurangan dan belum optimal dalam pergerakannya mewujudkan misi dakwah dan tajdid yang unggul berkemajuan," kata dia dalam keterangan yang diterima, Senin (9/5).

Baca Juga

Muhammadiyah perlu menegaskan dan terus menghadirkan pandangan Islam Berkemajuan di tengah dinamika paham dan praktik keislaman yang sangat beragam maupun dalam menghadapi perkembangan zaman yang sangat kompleks dan dinamis. Dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah, di antaranya dibahas mengenai "Risalah Islam Berkemajuan". Sedangkan Aisyiyah memusyawarahkan pemikiran "Risalah Perempuan Islam Berkemajuan".

Haedar menuturkan, pandangan dan risalah Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah secara pokok pikiran dan substansi dasar bukan hal baru. Sebab, telah melekat menjadi alam pikiran dan pandangan keislaman sejak gerakan Islam ini berdiri hingga sekarang. Selama itulah, formulasi Islam Berkemajuan terus berkembang dan dari periode ke periode.

Kiai Dahlan memperkenalkan istilah "kemajuan" dan "berkemajuan", termasuk "pemimpin berkemajuan" sebagaimana termuat dalam pidato tahunan 1921 berjudul "Tali Pengikat Hidup". Kiai Mas Mansur juga memperkenalkan istilah "paham Islam yang berkemajuan".

Kemudian, dalam Muktamar ke-37 tahun 1968, disajikan makalah dan dibahas tentang "Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya", yang berisi 10 ciri yang di antaranya masyarakat "berkemajuan". Pada 2010, secara resmi dideklarasikan Pernyataan Muhammadiyah Abad Kedua yang antara lain mengandung pemikiran Islam yang berkemajuan sebagai pandangan keagamaan.

Menurut Haedar, semua itu merupakan mata rantai konsep dan pemikiran Islam Berkemajuan yang menjadi pandangan keagamaan dari Muhammadiyah. Warga dan elite Muhammadiyah harus mengawal dan memahami substansi, konteks, dan aktualisasi pandangan Islam Berkemajuan dalam kehidupan di internal Persyarikatan dan di tengah dinamika kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.

Dalam konteks kehidupan umat Islam saat ini, Haedar mengingatkan, Muhammadiyah perlu terus menyebarluaskan pandangan Islam Berkemajuan sebagai jalan perubahan, rekonstruksi pemikiran, dan strategi perjuangan. Juga melakukan usaha-usaha baru yang lebih dinamis-progresif sebagai rancang-bangun utama pergerakan Islam Indonesia hingga ke ranah Islam global.

"Termasuk dalam menyosialisasikan kalender Islam global sebagai tonggak membangun peradaban baru umat Islam sedunia agar kehidupan beragama dan bermuamalah-dunyawiyah semakin unggul berkemajuan dan tidak terperangkap pada status-quo kejumudan," ujarnya.

Haedar menekankan, umat Islam mesti digerakkan untuk menjadi Ummatan Wasatha sekaligus berperan dinamis sebagai Syuhadaala al-Nas, sebagaimana dalam surah al-Baqarah ayat 143. Muhammadiyah secara internal penting untuk terus melakukan dinamisasi dan transformasi gerakan.

"Muhammadiyah harus berada di garis depan dalam memperjuangkan kemajuan umat Islam untuk menggapai kualitas khaira ummah dan ummatan wasathalitakunu syuhada ala an-nas," ujarnya.

Melalui berbagai amal usaha dan praksis gerakan yang berkemajuan, Haedar menyampaikan, Muhammadiyah harus tampil sebagai representasi dari khaira ummah dan ummatan wasatha sebagaimana diidealisasikan dalam Alquran. "Termasuk di dalamnya peran Aisyiyah yang terus mendinamisasi diri untuk menampilkan gerakan perempuan Islam berkemajuan yang terdepan dengan berbagai amal usahanya yang terus berkembang baik di tingkat nasional maupun global," katanya.

Haedar pun menyadari kualitas gerakan Muhammadiyah masih harus terus dioptimalkan karena dalam sejumlah hal masih ketinggalan dari golongan lain yang lebih maju. Kondisi ini menuntut dinamisasi dan transformasi gerakan yang lebih progresif berkemajuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement