Selasa 10 May 2022 08:00 WIB

ISIS Klaim Serangan yang Menewaskan 11 Tentara Mesir

Serangan di timur Terusan Suez Mesir oleh ISIS salah satu paling mematikan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Gerakan ISIS (ilustrasi). Serangan di timur Terusan Suez Mesir oleh ISIS salah satu paling mematikan
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi). Serangan di timur Terusan Suez Mesir oleh ISIS salah satu paling mematikan

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Sebuah afiliasi ISIS di Mesir pada Ahad (8/5) mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan stasiun pompa air di sebelah timur Terusan Suez, Mesir. Serangan tersebut menewaskan  11 tentara Mesir. 

“Setidaknya lima tentara lainnya terluka dalam serangan hari Sabtu,” menurut militer Mesir dilansir dari Alarabiya, Senin (9/5/2022). 

Baca Juga

Itu adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan Mesir dalam beberapa tahun terakhir. Ribuan orang menghadiri pemakaman terpisah untuk mereka yang meninggal itu. 

“Presiden Abdel Fattah el-Sissi memimpin pertemuan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, yang mencakup para komandan tinggi militer, untuk membahas konsekuensi atas serangan,” kata kantor kepresidenan. 

Kelompok ekstremis mengumumkan klaimnya atas serangan itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Aamaq. Keaslian pernyataan itu tidak dapat diverifikasi tetapi dirilis di Telegram karena klaim serupa telah terjadi di masa lalu. 

Serangan itu terjadi di kota Qantara di provinsi Ismailia, yang membentang ke arah timur dari Terusan Suez. Para ekstremis menyerang pasukan di pos pemeriksaan yang menjaga fasilitas pemompaan, lalu melarikan diri dari lokasi.

Militer mengatakan pasukan sedang mengejar para penyerang di daerah terpencil di utara Semenanjung Sinai. 

Mesir sedang memerangi pemberontakan yang dipimpin ISIS di Sinai yang meningkat setelah militer menggulingkan presiden terpilih tetapi memecah belah pada 2013. Para ekstremis telah melakukan sejumlah serangan, terutama menargetkan pasukan keamanan dan Kristen. 

Laju serangan ekstremis di teater operasi utama Sinai dan di tempat lain telah melambat sejak Februari 2018, ketika militer melancarkan operasi ekstensif di Sinai serta bagian Delta Nil dan gurun di sepanjang perbatasan barat negara itu dengan Libya. 

 

Sumber: alarabiya   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement