Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Banyak Memberi Manffat Kepada Orang Lain, Harus Itu !

Agama | Tuesday, 10 May 2022, 10:36 WIB

Ternyata menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, ada berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk hal itu. Tidak selalu hal tersebut menggunakan barang berbentuk materi ataupun uang. Karena sekecil apapun yang kita lakukan untuk orang lain maka itu tetap akan diperhitungkan dan apa yang dilakukan pun takkan pernah sia-sia.

Memberi manfaat bagi orang lain sungguh besar sekali pahalanya. (FOTO : Republika.co.id/Wihdan Hidayat)

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS Az Zalzalah: 7-8).

Oleh sebab itu siapapun orangnya ketika mampu memberi manfaat bagi orang lain sama artinya dengan berbuat kebaikan dan upaya membahagiakan orang lain. Banyak amalan kecil yang seringkali tak pernah kita pedulikan padahal itu sangat berarti bagi orang lain. Karenanya, seharusnya sangat disadari jika memberi manfaat kepada orang lain sama artinya dapat memungkinkan mengundang orang lain untuk memberi manfaat bagi diri kita sendiri. Salah satunya berbagi tulisan. Dengan menyebarkan tulisan pada sebuah website tak berhonor sekalipun ketika ada pembaca yang terketuk hatinya dengan tulisan kita dan menjadi baik maka tulisan kita sungguh sangat bermanfaat.

Menuliskan tentang kebaikan dan disebarkan kepada orang lain dan orang lain mengikuti ajakan kebaikan kita sama artinya dengan mengundang banyak kebaikan yang lain. Semua akan kembali kepada apa yang kita lakukan. Kita menyadari dengan memberi manfaat sudah pasti di dalamnya ada kebaikan. Jadi memberi manfaat kepada orang lain bukan saja berpahala tetapi akan mengundang beragam kebaikan lain datang kepada diri kita.

Saya masih ingat betul, seorang rekan penulis yang berbagi ilmunya kepadanya. Dia pun meminta saya untuk membagi ilmunya kepada siapapun yang membutuhkan. Benar saja, kemudian saya bersyukur karena yang bersangkutan diterima menjadi karyawan di sebuah bank milik Pemerintah Daerah di Kota Bandung. Apa yang diingatkan kepada saya lalu saya lakukan kepada orang lain ternyata buahnya terasa. Seorang mahasiwa yang dibina oleh saya untuk menulis dari Pekanbaru akhirnya percaya diri dan bsia menulis hingga dia terbantu padahal banyak teman-temannya yang menyatakan tak mungkin dirinya bisa. Dari hal itu pula karena mungkin ada pemberian manfaat kepadanya maka buahnya pun terasa karena ada beragam kesempatan pula agar saya bisa menulis di berbagai media.

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).

Tentunya jika ada kesempatan untuk bisa memberi manfaat. Why Not ? Banyak sekali orang-orang di sekeliling kita membutuhkan sesuatu dari kita. Bukan soal uang melulu, tetapi mereka pun banyak yang membutuhkan ilmu, ada tempat untuk mencurahkan perasaan, bertukar pikiran terhadap masalah yang dihadapi, info tentang lowongan dan kesempatan untuk bekerja dan banyak lagi hal yang sangat dibutuhkan orang-orang di sekeliling. Intinya, bila ada kesempatan kita memberi manfaat dalam bentyuk apapun amka gunakan kesempatan itu sebaik mungkin demi kebaikan diri kita sendiri.

Jelas kemanfaatan kita bagi orang lain ibarat lampu yang menerangi kegelapan. Kita terus memeiliki kesempatan untuk melakukan apa yang diperintahkan agama dan juga did alamnya selalu ada kebaikan. Sesungguhnya di lingkungan sekitar terlebih dahulu kita untuk memberi manfaat karena di sana ada kebersamaan yang semestinya dibangun. Menumbuhkan sifat empatik kepada orang lain tetap harus selalu dilatih dan dengan begitu maka kesempatan untuk memberi manfaat untuk orang lain akan semakin terbuka. Karena itu, selama ada kesempatan itu maka pergunakanlah sebaik mungkin karena sangat berguna bagi diri kita.

Dari Jabir RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim yang menanam tanaman, kemudian ia makan dari hasil tanaman itu termasuk sedekah baginya, juga bila hasil tanaman itu dicuri atau diambil orang, maka ia termasuk sedekah baginya.” (HR Muslim).

Dalam hal ini tentu saja bagi yang yang senang memberi manfaat bagi orang akan terasakan hidupnya biarpun sederhana tetapi ia merasa Bahagia. Hadist di sana menunjukkan bahwa kebermanfaatan kita kalaupun pada akhirnya mendapatkan ujian dan ada hal yang merugikan itu bisa menjadi sedekah, apalagi yang dikondisikan sebagai bentuk dari kebermanfaat diri kita. Hal itu tentu saja sangat bernilai sedekah yang cukup besar. Allah mengganti sedekah dengan berlipat ganda dsan ada pahala di dalamnya. Sungguh dalam Islam banyak sekali hal-hal yang bisa membuat diri kita agar selalu berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Jadi, Allah menguji pula kepada manusia dengan ujian untuk bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Secara vertical kita memang diwajibkan hanya kepada Allah, namun secara horizontal ada ajakan untuk beramal saleh bagi orang lain. Semakin banyak kita berbuat untuk orang lain maka dengan sendirinya kita banyak pula memberi kemanfaatan untuk orang lain. Memang sebaiknya kita berlomba-lomba untuk selalu memberi manfaat untuk orang lain karena hal itu akan menenangkan hati dan mengundang rasa cinta dari orang-orang di sekitar kita.

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7).

Intinya, jika kita ingin hidup Bahagia maka senantiasa bahagiakanlah orang lain dengan cara apapun. Sadarilah pula bahwa kebaikan yang dilakukan adalah untuk diri kita sendiri. Maka dengan banyak memberi manfaat kepada orang lain sama artinya dengan memberi manfaat untuk diri sendiri. Selama ada kesempatan lakukanlah karena itu mengundang kebaikan dan juga mengundang kebahagiaan.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image