Kamis 12 May 2022 14:14 WIB

Ribuan Burung di India Terdampak Gelombang Panas

Burung-burung di India kelelahan dan dehidrasi di tengah gelombang panas

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Seorang buruh mengangkut kipas pendingin air di atas becak pada hari yang panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022. Burung-burung di India kelelahan dan dehidrasi di tengah gelombang panas. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Manish Swarup
Seorang buruh mengangkut kipas pendingin air di atas becak pada hari yang panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022. Burung-burung di India kelelahan dan dehidrasi di tengah gelombang panas. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Tim penyelamat di negara bagian Gujarat, India menyelamatkan puluhan burung yang kelelahan dan dehidrasi di tengah gelombang panas. Cuaca panas telah membuat sumber air di Gujarat mengering.

Dokter di rumah sakit hewan yang dikelola oleh kelompok nirlaba Jivdaya Charitable Trust di Ahmedabad mengatakan mereka telah merawat ribuan burung dalam beberapa minggu terakhir. Setiap hari tim penyelamat membawa puluhan burung seperti merpati atau layang-layang yang pingsan karena terkena gelombang panas.

Baca Juga

“Tahun ini adalah salah satu yang terburuk dalam beberapa waktu terakhir. Kami telah melihat peningkatan 10 persen jumlah burung yang perlu diselamatkan,” kata Manoj Bhavsar yang telah menyelamatkan burung selama lebih dari satu dekade.

Dokter hewan di rumah sakit hewan memberikan tablet multivitamin dan menyuntikkan air ke mulut para burung yang mengalami dehidrasi. Pejabat kesehatan di Gujarat telah mengeluarkan imbauan kepada rumah sakit untuk mendirikan bangsal khusus bagi serangan panas dan penyakit terkait lainnya karena kenaikan suhu.

Para ahli terkemuka menyebut gelombang panas yang melanda India dan negara lainnya merupakan dampak dari pemanasan global. Pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan telah melepaskan cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer sehingga meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai tropis.

“Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim adalah pengubah permainan besar dalam hal panas yang ekstrem,” ujar seorang ilmuwan di Institut Grantham Imperial College London, Friederike Otto, dilansir Aljazirah pada Kamis (12/5/2022).

Musim panas ekstrem yang mencengkeram Asia Selatan pada Maret dan April sudah menjadi peristiwa ekstrem yang paling mematikan. “Setiap gelombang panas di dunia sekarang menjadi lebih kuat dan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” kata Otto dan peneliti lainnya Ben Clarke dari Universitas Oxford.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement