Rabu 18 May 2022 10:20 WIB

Pembunuhan Jurnalis Aljazirah, Wamenlu China: Andai Keadilan Diberikan ke Palestitna

Jurnalis Aljazirah tewas ditembak saat meliput penggerebekan Israel di Tepi Barat.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Shireen Abu Akleh
Foto: Tim infografis Republika
Shireen Abu Akleh

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Wakil Menteri Luar Negeri China, Hua Chunying menyerukan diakhirinya ketidakadilan selama lebih dari 70 tahun terhadap Palestina. Menurutnya, penolakan terhadap keadilan bagi Palestina justru membuat tragedi pembunuhan jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh dapat terulang.

"Andai lebih penting dan keadilan diberikan kepada Palestina, tragedi Shireen Abu Akleh tentu bisa dihindari," tutur dia melalui cuitan di akun Twitter-nya, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (17/5/2022).

Baca Juga

Cuitan tersebut disampaikan menyusul Hari Nakba yang diperingati tahunan pada setiap tanggal 15 Mei. Hari Nakba, atau Hari Bencana, menandai pengusiran paksa tahun 1948 terhadap hampir 800 ribu warga Palestina dari rumah mereka oleh geng-geng Zionis di Palestina yang bersejarah.

Tahun ini, Hari Nakba diperingati empat hari setelah Abu Akleh terbunuh saat meliput serangan militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat. Pejabat Palestina dan Aljazirah mengatakan bahwa Abu Akleh dibunuh oleh pasukan Israel.

Banyak pemerintah dan organisasi internasional telah mengupayakan penyelidikan transparan atas pembunuhan Abu Akleh. Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese menyebut pembunuhan itu sebuah potensi kejahatan perang.

China sendiri menyatakan dukungannya untuk penyelidikan yang transparan dan independen atas pembunuhan jurnalis senior Palestina Shireen Abu Akleh. Korban diduga kuat ditembak mati oleh pasukan Israel saat melaporkan serangan Israel di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki pada Rabu (11/5/2022).

"China secara konsisten menolak dan mengutuk keras kekerasan terhadap jurnalis yang melakukan pekerjaan mereka. Kami harap tragedi ini ditangani secara adil sesuai hukum," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement