Kamis 19 May 2022 23:59 WIB

Epidemiolog: Fase transisi Covid-19 Harus Mengarah ke Terkendali

Epidemiolog ingatkan untuk kelola Covid-19 tidak hanya sekadar status endemi

Warga beraktivitas di Taman Sejarah Bandung, Jalan Aceh, Kota Bandung. Epidemiolog University Griffith Australia Dicky Budiman menilai pada fase transisi dari pandemi Covid-19 seharusnya mengarah ke status terkendali.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga beraktivitas di Taman Sejarah Bandung, Jalan Aceh, Kota Bandung. Epidemiolog University Griffith Australia Dicky Budiman menilai pada fase transisi dari pandemi Covid-19 seharusnya mengarah ke status terkendali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog University Griffith Australia Dicky Budiman menilai pada fase transisi dari pandemi Covid-19 seharusnya mengarah ke status terkendali.

Menurut Dicky dalam COVID Talk diikuti secara daring di Jakarta, Kamis, status endemi di Indonesia bukan berarti tandanya telah menjadi lebih baik."Jadi kita harus membantu meluruskan pemerintah pusat dan daerah, bahwa kalau untuk me-manage COVID-19, kita harus menujunya bukan ke endemi, tapi terkendali," kata Dicky.

Dia mengatakan status endemi seperti halnya pada penyakit lainnya seperti demam berdarah, malaria, HIV, masih menimbulkan banyak kematian, membebani fasilitas kesehatan, dan kerugian masyarakat yang cukup banyak.

"Artinya fase yang disebut transisi ini harusnya mengarah kepada situasi yang lebih terkendali, atau status dimana pada pandeminya akan dicabut," kata Dicky.

Dia mengatakan meski telah diterapkan pelonggaran penggunaan masker di Indonesia, serta positivity rate dibawah 5 persen, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum mencabut status pandemi COVID-19. Menurut dia, masih belum ada pihak yang dapat menjamin semuaterkendali, dan tentu ada endemi. Apalagi jika cakupan vaksinasi di daerah itu masih jauh dari target terutama di luar Jawa.

"Endeminya juga masih samar samar. Ini yang harus, yang pada masa transisi, harus jadi evaluasi bersama untuk segera dicapai perbaikan," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement