Senin 23 May 2022 23:30 WIB

China: Indo Pasifik Bukan Arena Gladiator Geopolitik

Biden meluncurkan rencana untuk keterlibatan ekonomi AS di Asia atau IPEF

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joe Biden meluncurkan rencana untuk keterlibatan ekonomi Amerika Serikat (AS) di Asia atau yang dikenal sebagai Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran (IPEF)
Foto: EPA-EFE/NICOLAS DATICHE
Presiden Joe Biden meluncurkan rencana untuk keterlibatan ekonomi Amerika Serikat (AS) di Asia atau yang dikenal sebagai Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran (IPEF)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden AS Joe Biden meluncurkan rencana untuk keterlibatan ekonomi AS di Asia pada Senin (23/5/2022) atau yang dikenal sebagai Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran (IPEF). China menyambut baik inisiatif tersebut untuk memperkuat kerja sama regional, namun IPEF dapat menjadi sarana untuk menciptakan perpecahan.

"Kami menentang upaya untuk menciptakan perpecahan dan konfrontasi. Asia-Pasifik harus menjadi tempat yang tinggi untuk pembangunan damai, bukan arena gladiator geopolitik," kata Menteri Luar Negeri Wang Yi dalam sebuah pernyataan.  

Biden menyerahkan kepada 13 negara pendiri IPEF untuk merumuskan cara agar dapat menegakkan perjanjian mereka dan apakah China dapat bergabung. Biden meluncurkan IPEF di Tokyo dalam perjalanan pertamanya ke Jepang sebagai presiden.

Gedung Putih mengatakan, kesepakatan itu tidak menawarkan keringanan tarif kepada negara-negara yang bergabung, termasuk India, Malaysia, dan Filipina. Kesepakatan itu mengupayakan solusi untuk berbagai masalah utama mulai dari perubahan iklim hingga ketahanan rantai pasokan, dan perdagangan digital.  

"Masa depan ekonomi abad ke-21 sebagian besar akan ditulis di Indo-Pasifik, di wilayah kami. Kami sedang menulis aturan baru," ujar Biden.

Biden ingin kesepakatan IPEF dapat meningkatkan standar lingkungan, tenaga kerja, dan bidang lainnya di seluruh Asia. Pendiri awal kesepakatan tersebut diantaranya Australia, Brunei, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Vietnam dan Amerika Serikat.

Para pejabat mengatakan, negara-negara pendiri itu perlu menegosiasikan standar apa yang ingin mereka patuhi, bagaimana mereka akan ditegakkan. Termasuk apakah legislatif domestik mereka perlu meratifikasinya dan bagaimana mempertimbangkan calon anggota di masa depan, termasuk China.

"Ini akan meningkatkan akses ke sumber keuangan dan teknologi.  Ini masih dalam proses, dengan konsultasi terperinci yang direncanakan dalam waktu dekat," kata Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, yang bergabung dalam acara peluncuran melalui konferensi video.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan, IPEF memberikan negara-negara Asia alternatif untuk pendekatan kepada China terhadap masalah-masalah kritis. Sementara, seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan,

China menyatakan tidak tertarik bergabung dengan IPEF.  Banyak standar yang diinginkan Washington akan membuat kesepakatan itu tidak menyenangkan bagi Beijing.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement