Selasa 24 May 2022 20:03 WIB

Sempat Mati Suri, Aktivitas Toko Oleh-Oleh Haji dan Umroh di Bandung Kembali Menggeliat

Omzet toko oleh-oleh haji di Bandung mulai naik.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Pedagang merapikan barang dagangannya di salah satu toko oleh-oleh haji di Jalan Pasar Utara, Kota Bandung, Jumat (5/6). Berdasarkan keterangan pedagang, penjualan oleh-oleh haji menurun hingga 90 persen setelah keputusan pemerintah untuk membatalkan pemberangkatan jamaah haji tahun ini karena pandemi Covid-19. Sempat Mati Suri, Aktivitas Toko Oleh-Oleh Haji dan Umroh di Bandung Kembali Menggeliat
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pedagang merapikan barang dagangannya di salah satu toko oleh-oleh haji di Jalan Pasar Utara, Kota Bandung, Jumat (5/6). Berdasarkan keterangan pedagang, penjualan oleh-oleh haji menurun hingga 90 persen setelah keputusan pemerintah untuk membatalkan pemberangkatan jamaah haji tahun ini karena pandemi Covid-19. Sempat Mati Suri, Aktivitas Toko Oleh-Oleh Haji dan Umroh di Bandung Kembali Menggeliat

IHRAM.CO.ID, BANDUNG -- Kembali dibukanya akses warga Indonesia untuk melaksanakan haji dan umroh membangkitkan geliat pedagang dan pengusaha oleh-oleh haji yang sempat mati suri akibat pandemi. Pedagang di Pasar Baru, salah satu pusat oleh-oleh dan cinderamata khas tanah suci di Kota Bandung, sangat bersyukur dengan kabar baik ini. 

Risma Febrian salah satunya. Pemilik Toko Hasanah yang menjajakan oleh-oleh khas tanah suci seperti kurma dan kacang arab ini mengaku telah menjalankan usahanya sejak 2014. Ia menyebut mengalami pukulan yang cukup keras selama pandemi. 

Baca Juga

"Makanan yang paling berdampak karena sepinya pembeli. Sampai banyak yang expired (kedaluwarsa), akhirnya kita buang. Kurma juga kita jual murah jadinya, meski kedaluwarsanya masih lama," ungkap Risma saat ditemui di Pasar Baru, Selasa (24/5/2022).

Serupa dengan Risma, pemilik toko PD. Nizam Makmur Pawindra Saputra juga mengalami hal yang sama. Selama lima tahun berjualan, kerugian akibat pandemi Covid-19 dirasa sangat berat baginya.

"Saat awal pandemi, omzet turun sampai 70 persen. Mulai musim haji ini omzet kami naik 60 persen. Pas pandemi dua tahun ini, kami fokus ke jualan sajadah. Sajadah masih laris karena ada yang gelar tahlilan, biasanya mereka kasih sajadah," kata Pawindra.

Pemilik Toko Ramadhani di lantai 4 Pasar Baru Muhammad Toha juga mengaku mengalami kerugian lebih besar. Meski sudah berdagang selama 15 tahun, pandemi Covid-19 tetap mengguncang usahanya. Saat pandemi, ia hanya memperoleh omzet 10 persen dari biasanya.

"Tapi sekarang pelan-pelan peningkatannya sudah sampai 80 persen," kata lelaki yang kerap disapa Ahmad ini.

Toko milik Ahmad termasuk salah satu toko yang menjual oleh-oleh lebih bervariatif. Ada jam, satu set alat minum air zamzam, peralatan ibadah, dan aksesoris lainnya. "Tapi yang paling banyak dicari sama orang buat oleh-oleh itu kurma, sajadah, kacang-kacangan, dan aksesoris. Kami bisa juga sediakan dengan paket kotak kecil mulai dari Rp 15 ribu, tergantung pemesanan," ungkap Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement