Jumat 27 May 2022 23:10 WIB

Hamas Siap Hadapi Israel Jika Pawai Bendera tak Dihentikan

Hamas siap hadapi pertempuran baru jika nasionalis Israel tetap gelar pawai bendera

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Hamas yang menguasai Jalur Gaza siap menghadapi pertempuran baru jika nasionalis Israel tetap menggelar pawai bendera. Selama bertahun-tahun, nasionalis Israel menggelar pawai bendera tahunan di Yerusalem untuk merayakan penaklukan Israel atas Kota Tua dalam perang Timur Tengah 1967.
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Hamas yang menguasai Jalur Gaza siap menghadapi pertempuran baru jika nasionalis Israel tetap menggelar pawai bendera. Selama bertahun-tahun, nasionalis Israel menggelar pawai bendera tahunan di Yerusalem untuk merayakan penaklukan Israel atas Kota Tua dalam perang Timur Tengah 1967.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza siap menghadapi pertempuran baru jika nasionalis Israel tetap menggelar pawai bendera. Selama bertahun-tahun, nasionalis Israel menggelar pawai bendera tahunan di Yerusalem untuk merayakan penaklukan Israel atas Kota Tua dalam perang Timur Tengah 1967.

Prosesi pawai bendera biasanya melalui jalan-jalan sempit di kawasan Muslim dan selalu memicu kontroversial. Tetapi upaya hukum untuk melarang pawai tersebut kerap gagal. Para pendukung berpendapat, itu adalah festival sah yang menandai momen luar biasa dalam sejarah Yahudi.  

Hamas secara signifikan meningkatkan kecamannya tahun lalu. Hamas menembakkan roket ke Israel beberapa menit setelah pawai bendera 2021 dimulai, dan memicu perang 11 hari.  Pemimpin kelompok Hamas mengatakan, mereka siap untuk menghadapi serangan baru pada Ahad (29/5/2022), jika tahun ini pemerintah Israel tidak berupaya mengubah rute pawai bendera keluar dari lingkungan Muslim.

"Mereka dapat menghindari perang dan eskalasi jika mereka menghentikan (pawai) gila ini," ujar pejabat senior Hamas, Bassem Naim, kepada Reuters.

Bagi sebagian besar orang Palestina, pawai tersebut merupakan provokasi terang-terangan dan pelanggaran berat terhadap salah satu dari sedikit tempat di Yerusalem, yang semakin dikelilingi oleh pembangunan dan pemukiman Yahudi.

Bagi Hamas, pawai bendera itu juga merupakan penghinaan agama. Karena Kota Tua adalah rumah bagi Kompleks masjid Al Aqsa, yang merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Situs itu juga dihormati oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount atau yang dipercaya sebagai sisa dari dua kuil kuno agama mereka. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyetujui keputusan pejabat keamanan yang mengizinkan pawai bendera memasuki Gerbang Damaskus dan melewati kawasan Muslim.

Beberapa anggota koalisi Bennett telah mendesaknya untuk memikirkan kembali rute pawai bendera dan menyarankan perubahan. Namun, seorang sumber senior diplomatik Barat meragukan bahwa Bennett akan menuruti permintaan Hamas.

"Dia baru menjabat selama satu tahun dan itu akan membuatnya terlihat lemah," kata diplomat yang menolak disebutkan namanya.  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement