Jumat 27 May 2022 19:30 WIB

Kedudukan Sabar Sangatlah Mulia, Ini Penjelasannya

Rasulullah menjelaskan kedudukan sabar sebagai permata dari banyak permata.

Sabar/ilustrasi
Sabar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Allah memerintahkan kita untuk bersabar seperti yang dicontohkan para Rasul Ulul Az mi, Fashbir kama shabara ulul `azmi minar rusuli wa la tasta'jil lahum. Artinya, maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka (QS al-Ahqaf: 35).

Sosok yang mempunyai keteguhan hati adalah Nabi Ayyub. Saat didera penyakit, seseorang berkata kepadanya bahwa sta tus sebagai nabi pasti memudahkan doanya dikabulkan. Karena itu, minta saja kepada Allah agar penyakit itu diangkat. Tapi, Nabi Ayyub menahan diri karena hatinya meyakini, bukan itu cara atau jalan untuk melalui musibah yang dihadapi.

Baca Juga

Lalu, apa jalannya? Tiada lain adalah dengan sabar. Menahan derita akibat penyakit sekuat mungkin.

Nabi Ibrahim yang hidup ribuan tahun Sebelum Masehi adalah teladan sabar yang luar biasa. Dalam keteguhannya beriman kepada Allah, dia diikat dan dibakar hidup-hidup oleh penguasa zalim bernama Raja Namrud (Nim rod). Tapi, Nabi Ibrahim bersabar, tidak melawan kezaliman itu, hingga akhirnya Allah me merintahkan api yang panas menjadi dingin dan menyelamatkan sang khalilullah ( QS al-Anbiya: 69).

Kedudukan sabar sangatlah mulia. Al-Ghazali menjelaskan tentang iman sebagai berikut: I'lam annal iman nishfani, nishfu as-shabri wa nishfu as-syukri Artinya, ketahuilah bahwa iman itu terbagi dua. Separuh pertama adalah sabar. Sisanya adalah syukur (Kitab Mukhtashar Ihya Ulumiddin).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan kedudukan sabar sebagai permata dari banyak permata yang berlimpah di surga (kanzun min kunuzil jannah).

Al-Ghazali menjelaskan, kebaikan agama itu terdapat dalam sabar (al-mashlahah ad-diniyah fi shabr). Ini berarti ada banyak kemuliaan dalam sabar. Mereka yang menahan diri alias bersabar berarti menyimpan permata dan kebaikan agama, sesuatu yang luar biasa berharga.

Sabar dalam beribadah adalah mengetahui dirinya tidak lama (hidup) sehingga selalu terdorong untuk berzikir dan beribadah. Kemudian, menahan diri untuk tidak memamerkannya kepada orang lain.

Sang alim melanjutkan, salah satu kondisi yang mengharuskan orang bersabar adalah saat dijahati orang lain dengan perkataan atau perbuatan. Jika mengalami keadaan demikian, janganlah berpikiran untuk membalas perbuatan tersebut, melainkan tahanlah diri, disertai berserah diri kepada Allah (tawakal) dengan sepenuh hati.

Agar kuat bersabar, ingatlah pada janji Allah sebagaimana yang tertulis dalam Alquran. Sabar men dorong orang untuk beribadah dalam berbagai kesempatan. Lisannya mengagungkan asma Allah dan bershalawat. Hatinya menyebut Allah. Waktu senggang diisi dengan zikrullah. Dengan begitu, batin menjadi tenang, terbebas dari dendam dan amarah.

Dalam Raudhatut Thalibin wa Umdatus Salikin, al-Ghazali menjelaskan, buah sabar adalah pekerjaan menjadi mudah diselesaikan, rintangan menjadi mudah dihadapi, dan hambatan berganti menjadi kelancaran.

Sabar akan menghadirkan optimisme di tengah tragedi yang dihadapi, dan kebahagiaan berada di dekat Allah. Semoga kita menjadi penyabar seperti para salafus salih. "Mereka yang menahan diri alias bersabar berarti menyimpan permata dan kebaikan agama, sesuatu yang luar biasa berharga.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement