Senin 30 May 2022 08:00 WIB

Tiga Persoalan yang Dikhawatirkan Nabi

Ada tiga persoalan yang dikhawatirkan Nabi Muhammad SAW.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy melakukan kunjungan dakwah ke Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur pada 28-30 Mei 2022 . Cucu KHR As'ad Syamsul Arifin ini mengingatkan kepada santrinya di Bawean tentang tiga persoalan yang dikhawatirkan Nabi Muhammad SAW. 

"Bahwa nabi mengkhawatirkan tiga persoalan," ujar Kiai Azaim dalam pertemuan "Segi Tiga Emas" antara pengasuh, alumni, dan wali santri di Pondok Pesantren Ruhul Amin Langkap, Kepuhteluk, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Ahad (29/5/2022). 

Baca Juga

Pertama, yaitu terbukanya zahratud dunya atau kembang dunia. Menurut Kiai Azaim, salah satu yang dapat dipahami dari makna kembang dunia ini adalah berkembangnya teknologi. Karena, menurut dia, satu sisi teknologi dapat memberikan kemudahan, tapi di sisi lain dapat menjadi ujian dan fitnah. 

"Saya memahami zahratud dunya itu adalah perkembangan teknonogi, terbukanya fasilitas, kemudahan transportasi, sarana dan semacamnya. Itu bisa jadi bagian dari fitnah," ujar Kiai Azaim.

 

Persoalan kedua adalah tokoh agama, tokoh politik, atau tokoh publik yang memiliki pernyataan atau komentar menafsirkan Alquran yang tidak sesuai dengan sunnahnya. Menurut Kiai Azaim, ini juga menjadi persoalan yang dikhawatirkan nabi. 

Sedangkan persoalan yang ketiga adalah tergelincurnya orang alim. Misalnya, dari awal umat sangat kagum dengan orang alim itu karena ceramahnya menggugah semangat dan mewakili perasaan umat. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba tergelincir dengan mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan ajaran aslussunnah wal jamaah. 

"Nah, bagaimana menghadapi tiga persoalan itu? Pertama, yang terkait terbukanya kembang dunia, sikapilah dengan syukur," ucap Kiai Azaim.

Artinya, lanjut dia, jika perkembangan teknologi tersebut digunakan dengan sikap syukur maka akan menjadi ibadah. Seperti halnya handphone yang memiliki banyak aplikasi, jika digunakan untuk bersyukur maka dapat menjadi ibadah.

"Seperti Tiktok, kalau ikut tren yang ada sering disalahgunakan untuk hal-hal maksiat, aib, joget-joget, daripada seperti itu lebih baik diisi dengan konten agama," kata Kiai Azaim. 

Kemudian, untuk menyikapi penakwilan tokoh yang salah, sikapilah dengan diam. Menurut Kiai Azaim, penakwilan yang salah itu jangan dibalas dengan komentar pula, sehingga pandangannya tidak ramai diperbincangkan dan tidak diikuti banyak orang. 

"Jangan dikejar komentar itu, sikapi dengan diam sampai kemudian dia tidak dikuti pandangannya," jelas Kiai Azaim. 

Sedangkan untuk menyikapi persoalan yang ketiga, yakni ketika ada orang alim yang tergelincir, maka tidak boleh tergesa-gesa mengomentarinya dan menyalahkannya. 

"Terakhir, tergelincirnya orang alim jangan tergesa-gesa menyalahkannya dengan komentar. Ini terjadi di media sosial biasanya. Tunggu sampai dia meralat perkataannya, sehingga Allah kemudian memberikan hidayah kepada orang tersebut untuk menarik perkataannya," kata Kiai Azaim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement