Senin 30 May 2022 17:40 WIB

Pakar: Petugas Haji Waspadai Covid-19 dan Penyakit Menular pada Jamaah Haji Indonesia

Kemungkinan ada sekitar 1 juta jamaah haji termasuk dari negara yang vaksinnya rendah

Rep: dian fath risalah/ Red: Hiru Muhammad
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 jenis Pfizer kepada calon jamaah haji saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Selasa (8/2/2022). Sebanyak 1.500 calon jamaah haji asal Kota Bandung menjalani vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) sebagai persiapan dan prasyarat keberangkatan ibadah haji ke Arab Saudi. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 jenis Pfizer kepada calon jamaah haji saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Selasa (8/2/2022). Sebanyak 1.500 calon jamaah haji asal Kota Bandung menjalani vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) sebagai persiapan dan prasyarat keberangkatan ibadah haji ke Arab Saudi. Foto: Republika/Abdan Syakura

IHRAM.CO.ID, JAKARTA - Pada tahun ini, Arab Saudi menetapkan kuota haji Indonesia sebanyak 100.051 orang. Terdiri atas 92.825 kuota jamaah haji regular, 7.226 kuota jamaah haji khusus dan 1.901 kuota petugas.

Pakar kesehatan yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta kepada para petugas kesehatan harus mewaspadai Covid-19 pada jamaah Haji Indonesia. Karena, kemungkinan akan ada sekitar 1 juta jamaah Haji pada tahun ini termasuk dari negara-negara yang vaksinasinya masih amat rendah seperti dari Afrika.

Baca Juga

"Tiga hal yang harus dilakukan, pencegahan, deteksi dan penanganan yang positif Covid-19. Masalahnya tentu menjadi lebih kompleks karena harus berkoordinasi ketat dengan otoritas kesehatan di Saudi Arabia,"kata Tjandra dalam keterangan, Senin (30/5/2022).

Kedua, sambung Tjandra yang harus diingat selain Covid-19, potensi berbagai penyakit menular juga tetap ada. Secara umum bila ada "mass gathering" maka penularan infeksi saluran napas selalu jadi tantangan utama. "Harus diingat juga bahwa "Middle East Respiratory Syndrom (MERS CoV)" juga masih ada kasusnya, walaupun memang tidak banyak," tuturnya.

 

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah terkait panasnya suhu udara pada musim haji tahun ini. Dampak kesehatan yang perlu diantisipasi dapat sampai mencegah dan menangani "heat stroke" dan berbagai masalah kesehatan lain. "Juga, peristiwa tragis di masa lalu seperti tragedi Terowongan Mina dll biasanya terjadi pada cuaca amat panas seperti tahun ini, dan secara ilmiah disebutkan bahwa cuaca yang amat panas cenderung meningkatkan perilaku agresif, sesuatu yang jelas perlu ditangani petugas kesehatan Haji kita," ujarnya.

Tjandra menambahkan terdapat tujuh tahapan yang harus diawasi petugas kesehatan. Pertama, persiapan di tanah air sebelum jamaah berangkat. Kemudiaan, waktu penerbangan dan mendarat di Saudi. Selanjutnya, pengaturan tempat tinggal di Mekkah dan Madinah. Keempat, harus diperhatikan kegiatan-kegiatan sebelum puncak ibadah Haji dimana para Jamaah harus terus menjaga kesehatannya. Kelima penanganan kesehatan di Arafah, Musdalifah dan Mina."Keenam keadaan sesudah Armina dimana jamaah sudah cukup lelah dan ketujuh proses pemulangan ke tanah air," ujar Tjandra.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement