Selasa 31 May 2022 07:57 WIB

Ketua KPIPA: Perempuan Seluruh Dunia Harus Bantu Palestina

Konferensi bertujuan untuk menyoroti peran perempuan internasional dukung Palestina.

 Konferensi bertujuan untuk menyoroti peran perempuan internasional dalam mendukung perjuangan perempuan Baitul Maqdis dan melawan bahaya normalisasi.
Foto: istimewa
Konferensi bertujuan untuk menyoroti peran perempuan internasional dalam mendukung perjuangan perempuan Baitul Maqdis dan melawan bahaya normalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Aktivis Perempuan Baitul Maqdis International ke-7 berlangsung pada Jum’at dan Sabtu, 27 dan 28 Mei 2022 di Istanbul, Turki. Acara yang diselenggarakan di Kaya Istanbul Fair & Convention Hotel mengangkat slogan “Aktivis Palestina Siap Menyambut Kemenangan”. Konferensi bertujuan untuk menyoroti peran perempuan internasional dalam mendukung perjuangan perempuan Baitul Maqdis dan melawan bahaya normalisasi. Gerakan normalisasi adalah program Yahudisasi yang dilakukan penjajah Zionis Israel.

Konferensi dibuka dengan sambutan dari Presiden Global Women’s for Al-Quds and Palestine, Dr.Umaimah Tijani; perwakilan dari Palestina, Mrs. Yusra Al-Aklouk; perwakilan Asia-Pasific, Datuk Hajjah Zuraida Kamarruddin, Menteri Perindustrian dan Komoditas Perkebunan Turki; perwakilan Anak Benua India, Dr. Asmaa Al-Zahra; perwakilan Tawanan, Mrs. Sausan Al-Mobaied; ibu dari tawanan Maqdisi, Marah Bakir; perwakilan Afrika, Ms. Fatimah Midah; perwakilan Teluk Arab, Dr. Nora Al-Henzab; perwakilan Kaukasus, Dr. Jebbaria Guerbi; perwakilan Timur Tengah, Dr. Hayat Almusimi; perwakilan Murabithah, Ms. Hanady Al-Halawani; dan perwakilan negara tuan rumah, Derya Yanik, Menteri Keluarga dan Pelayanan Sosial.

Baca Juga

Delegasi Indonesia yang hadir pada konferensi ini adalah Nurjanah Hulwani, S.Ag., M.E., Ketua Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqha (KPIPA); Trisna Djuwaeli, S.E.MM Ketua Umum Muslimat Mathlau’ul Anwar (Musma dan bendahara MUI); Maimon Herawati, S.Sos., M.Litt,  Ketua SMART 171; Indah Kurniati, S.T.P, Head of Finance and General Affair Adara Relief International, serta perwakilan berbagai organisasi dengan jumlah total 25 orang.

Nurjanah Hulwani, Ketua KPIPA sekaligus Ketua delegasi Indonesia, mengatakan bahwa perjuangan membantu perempuan Baitul Maqdis tidak bisa dilakukan secara personal atau satu negara saja. Tetapi harus dilakukan oleh kekuatan perempuan seluruh dunia.

Konferensi dihadiri sejumlah tokoh Palestina yang menguasai sumber permasalahan perempuan di negara tersebut. Hadir dalam simposium bertema “Kondisi Realitas Perempuan Palestina dan Mekanisme Solidaritas untuk mendukung Ketahanan mereka” diantaranya Mrs. Zina Amre, Murabithah Al-Quds; Rihab Shubair, Perwakilan Palestina dan Jalur Gaza pada IGWCQP; Sada Abu Al-Baha, Akademisi dan Kepala Kepala Koordinasi Turki & Konferensi Luar Negari Palestina; Hanan Abu Hussain, Peneliti dan Akademisi pada Islamic Community Collage; Abdulla Maarof, Akademisi dan Peneliti dalam Hubungan Al-Quds; dan Dr. Jamal Amre, Peneliti Spesialisasi Permasalahan Palestina.

Dalam konferensi diungkapkan bahwa perempuan Palestina berada dalam situasi mencekam dan mengkhawatirkan setiap hari. Mereka berhadapan langsung dengan penjajah. Setiap saat ada yang kehilangan suami, anak, bahkan diri mereka sendiri. Di antara mereka menjadi orang tua tunggal karena suaminya ditahan atau meninggal dunia karena kejahatan penjajah Israel. Mereka berjuang di garis terdepan dalam mempertahankan kesucian masjid Al-Aqsha dan tanah Palestina yang merupakan tanah wakaf umat Islam.

"Dalam keterbatasan kondisi yang ada, perempuan Palestina terus berupaya mempertahankan identitas mereka di mana saja berada. Mereka memiliki pendidikan tinggi dan berkiprah di bidang masing-masing serta ikut dalam aksi-aksi perjuangan membela Palestina. Perempuan Palestina memilih untuk menjadi subjek perjuangan, bukan korban,"demikian isi pernyataan KPIPA, dalam siaran pers yang diterima, Selasa (31/5/2022).

Ke depan, demikian isi pernyataan itu, perlu ada dialog kebangsaan dari semua elemen, baik sekuler, nasionalis, atau Islam dalam rangka menghadapi penjajah dengan semangat nasionalisme dan kemanusiaan. Diharapkan semua pihak mampu menyuarakan permasalahan Palestina bukan hanya dengan emosi, tapi juga dengan pemahaman ilmiah.

"Sebuah kebanggaan bagi Indonesia karena turut memeriahkan kafe koalisi, sebuah stand yang menyajikan aneka makanan ringan dan minuman khas Indonesia. Ada pula bazar yang menjual pernak-pernik kepalestinaan produk Indonesia. Ini mendapat antusiame dari peserta konferensi,"kata Isi pernyataan tersebut.

Perwakilan delegasi Indonesia memenangkan program unggulan dalam melakukan edukasi kepalestinaan, yaitu program “Baik Berisik” dari SMART 171. Ini merupakan wadah edukasi dan informasi untuk pemuda yang mencintai Palestina dan ingin membantu perjuangan Palestina. Saat dilombakan, program ini berhasil mendapat peringkat pertama. Program ini akan menjadi contoh program edukasi kepalestinaan bagi 44 negara yang hadir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement