Rabu 01 Jun 2022 14:17 WIB

Mengembalikan Kirab Pengantin Sunat yang 35 Tahun Hilang

Sebagai daya tarik wisata religi di Desa Wisata Munding.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Prosesi arak- arakan (kirab) pengantin sunat di atas kuda yang dilaksanakan di Dusun Kajan, Desa Munding, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/5) malam. Pemerintah Desa (Pemdes) Munding kini berikhtiar menghidupkan kembali tradisi yang telah ‘hilang’ hampir 35 tahun ini Sebagai daya tarik wisata religi di Desa Wisata Munding.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Prosesi arak- arakan (kirab) pengantin sunat di atas kuda yang dilaksanakan di Dusun Kajan, Desa Munding, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/5) malam. Pemerintah Desa (Pemdes) Munding kini berikhtiar menghidupkan kembali tradisi yang telah ‘hilang’ hampir 35 tahun ini Sebagai daya tarik wisata religi di Desa Wisata Munding.

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: S Bowo Pribadi/Jurnalis Republika

Warga Dusun Krajan, Desa Munding, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyambut sukacita arak- arakan pengantin sunat di atas kuda yang kembali melintas di lingkungan mereka, Selasa (31/5) petang.

Baca Juga

Aneka warna hiasan 'kembang kelapa', barisan pembawa obor serta iringan berbagai tetabuhan yang rancak menyita perhatian warga, yang --umumnya-- baru 'turun' dari mushola dan masjid untuk menunaikan sholat maghrib.

Suasana dusun yang berada di lereng gunung Ungaran inipun sontak menjadi gempita, menyambut barisan kirab yang diikuti tak kurang dari 300 anak, yang 80 anak di antaranya merupakan peserta Khataman Quran yang juga menjadi rangkai dari kegiatan ini.

Pasalnya terakhir kali mereka menyaksikan arak- arakan pengantin sunat awal dekade 80 an. “Saat itu, kakak sulung saya masih duduk di bangu SMP,” ungkap Kepala Desa (Kades) Munding, Romdhaniyatun SAg.

Perempuan yang akrab disapa Dhany ini menjelaskan, Pemerintah Desa (Pemdes) Munding, sedang 'menghidupkan' kembali tradisi arak- arakan pengantin khitan dan khataman Quran sebagai daya tarik wisata religi di Desa Wisata Munding.

Sebab desa yang beada di lereng timur gunung Ungaran ini tidak hanya memiliki potensi wisata alam dan wisata budaya saja, namun juga potensi wisata religi yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik bagi Desa Wisata Munding.

Seperti Dusun Cemanggal, tidak hanya memiliki panorama alam serta curug (air terjun) Tirta Wening serta spot view Bukit Kembar yang saat ini juga terus dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan di Desa Wisata Munding.

Di dusun ini juga terdapat makan Syekh Ghozali dan Syekh Syraif di Bukit Prawoto Sari Cemanggal. “Kami berharap, dengan menghidupkan kembali tradisi kirab pengantin sunat dan khataman Quran di Dusun Krajan ini akan melengkapi khasanah daya tarik wisata religi di desa Munding ini,” jelasnya.

Dhany juga berharap, nantinya tidak hanya Dusun Krajan dan Dusun Cemanggal, Dusun Gemawang pun juga mampu memunculkan daya tarik wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sehingga Desa Wisata Munding akan memiliki daya tarik yang kian beragam. Terlebih di desanya juga ada kelompok kesenian yang masih melestarikan kesenian tradisional reog dan rebana serta berbagai kearifan lokal lain dengan berbagaikeunikannya.

“Sehingga, konsep pengembangn Desa Wisata Munding –pada saatnya-- akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, di luar potensi pertanian yang menjadi andalan,” tegasnya.

Terkat dengan atraksi budaya kirab pengantin sunat dan khataman Quran, lanjut Dhany, dikembangkan karena kekayaan makna spiritual kehidupan yang ada di dalamnya.

Seperti arak- arakan pengantin sunat dengan menaiki kuda digambarkan anak yang akan menjalani proses khitan digambarkan sebagai seorang pangeran yang dikawal dua orang laskar perempuan.

Arak- arakan keliling lingkungan dusun merupakan ta’aruf agar sang pangeran senantiasa dekat dengan masyarakatnya serta senantiasa arif dengan lingkungannya.

Dengan diarak meniki kuda harapannya pangeran akan mampu mengangkat derajat kedua orang tuannya, melalui kegiatan maupun perbatan yang tidak melupakan jatidirinya sebagai umat Allah SWT mupun sebagai bangsa Indonesia.

Sedangkan khataman Quran, merupakan simbol keutamaan dari anak- anak yang telah menyelesaikan pembelajaran Alquran. “Sebagai umat muslim agama merupakan landasan utama dalam segala aspek kehidupan” tandas Dhany.

Sementara itu, Pendamping sekaligus Motivator Desa Wisata Munding, Yosiadi menambahkan, Desa Munding memiliki banyak potensi daya tarik, guna mendukung pengembangan Sebagai desa wisata.

Potensi wisata religi yang dimiliki berpeluang menjadi kekuatan daya tarik bagi desa wisata ini selain atraksi alamnya yang sangat menawan. PR-nya adalah bagaima agar masyarakatnya ‘gumregah’ (tergerak) besama- sama untuk mengoptimalkan semua potensi tersebut.

“Ini yang terus kami dorong selain memperkenalkan potensi dan keunikan yang dimiliki Desa Wiata Munding ini kepada kalangan masyarakat yang lebih luas,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement