Kamis 02 Jun 2022 12:51 WIB

BPS: Harga Pangan dan Energi Dunia Terus Melonjak

Per April, harga gandum di bulan April mencapai 495,3 dolar AS per metrik ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Seorang petani India membawa tanaman gandum yang dipanen dari ladang di pinggiran Jammu, India, 28 April 2022. Harga komoditas pangan dan energi global terus mengalami lonjakan sepanjang April 2022.
Foto: AP Photo/Channi Anand
Seorang petani India membawa tanaman gandum yang dipanen dari ladang di pinggiran Jammu, India, 28 April 2022. Harga komoditas pangan dan energi global terus mengalami lonjakan sepanjang April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas pangan dan energi global terus mengalami lonjakan sepanjang April 2022. Naiknya harga pangan dan energi pun meningkatkan proyeksin inflasi baik negara maju maupun berkembang hingga akhir tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga gandum di bulan April mencapai 495,3 dolar AS per metrik ton, naik 1,85 persen month to month (mtm) dibandingkan Maret 2022. Harga kedelai mencapai 720,8 dolar AS atau naik 0,03 persen yoy.

Baca Juga

Sementara itu harga jagung sebesar 348,2 dolar AS per ton, meningkat 3,77 persen mtm.

Adapun untuk harga minyak sawit mentah (CPO) turun 5,3 persen mtm menjadi 1682.7 dolar AS per ton. Namun, masih lebih tinggi 56,09 persen year on year (yoy) jika dibandingkan April 2021.

Selanjutnya pada komoditas energi, harga minyak mentah rata-rata sebesar 103,4 dolar AS per ton. Mengalami penurunan 7,99 persen mtm namun masih jauh lebih tinggi dibanding bulan sama tahun lalu sebesar 64,28 persen yoy.

Kondisi yang sama terjadi pada gas alam. Tercatat harga pada April sebesar 32,2 dolar AS per ton, turun 24,09 persen namun melonjak 350 persen yoy.

Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, kenaikan harga komoditas saat ini akibat konflik Rusia-Ukraina. Situasi ini akan meningkatkan inflasi dunia.

"IMF pada bulan April lalu sudah merivisi peningkatan inflasi. Pada negara maju direvisi dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen dan negara berkembang dari 5,9 persen menjadi 8,7 persen," kata dia.

Sementara itu, saat ini tercatat ada sekitar 10 negara yang melakukan pembatasan ekspor pangan dan pupuk selama krisis perang Rusia-Ukraina.

Negara yang membatasi ekspor pangan di antaranya Ukraina, Rusia, Turki, Argentina, Mesir, Malaysia, dan India. Sementara negara yang membatasi ekspor pupuk yakni Ukraina, Rusia, China, Vietnam, dan Kyrgyztan.

"Ini semua akan berdampak secara global maupun dampak kepada Indonesia," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement