Kamis 02 Jun 2022 13:12 WIB

Inflasi Mei 2022 Capai 0,40 Persen, Harga Pangan Pemicu Utama

Komoditas yang paling menyumbang inflasi selama Mei yakni telur ayam ras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/5/2022). Harga telur ayam ras di pasar itu mengalami kenaikan dari Rp 22 ribu per kilogram menjadi Rp27 ribu per kilogram yang disebabkan naiknya harga pakan ayam.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/5/2022). Harga telur ayam ras di pasar itu mengalami kenaikan dari Rp 22 ribu per kilogram menjadi Rp27 ribu per kilogram yang disebabkan naiknya harga pakan ayam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju inflasi nasional selama bulan Mei 2022 sebesar 0,40 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Inflasi terjadi karena adanya peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 109,98 pada April menjadi 110,42 bulan mei. Inflasi didominasi oleh kenaikan harga pangan pokok serta tarif pesawat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, mengatakan, dengan laju inflasi mtm sebesar 0,4 persen, inflasi tahun kalender atau year to date (ytd) sebesar 2,56 persen. Adapun inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai 3,55 persen.

Baca Juga

"Inflasi tahunan 3,55 persen yoy ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis (2/6/2022).

Margo menjelaskan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi yakni makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,78 persen. Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 0,20 persen.

Lebih detail, komoditas yang paling menyumbang inflasi selama Mei yakni telur ayam ras sebesar 0,05 persen. "Dari pengamatan kita, ini disebabkan kenaikan harga pakan ayam dan tingginya permintaan karena adanya kenaikan harga telur ayam ras di berbagai kota," kata Margo.

Komoditas lain yang mendominasi inflasi yakni ikan segar sebesar 0,04 persen. Kenaikan harga ikan disebabkan oleh cuaca buruk sehingga para nelayan yang melaut tidak maksimal dalam memperoleh hasil ikan.

Adapun komoditas pangan terbesar ketiga adalah bawang merah dengan andil 0,04 persen. Margo menuturkan, itu lebih karena minimnya pasokan dari sentra produksi sekaligus belum pulihnya kegiatan distribusi pasca libur Idul Fitri pada Mei lalu.

Lebih lanjut kelompok kedua yang turut mengalami inflasi cukup besar adalah transportasi sebesar 0,65 persen dengan andil 0,08 persen. Tingginya inflasi kelompok ini karena tarif angkutan udara yang memberikan andil inflasi 0,07 persen.

"Kenaikan tarif dikarenakan tingginya permintaan menjelang hari raya dan arus balik mudik," katanya.

Secara wilayah, dari 90 kota IHK, 87 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 2,24 persen. Sementara daerah yang mengalami deflasi tertinggi ada di Kotamobagu minus 0,21 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement