Kamis 02 Jun 2022 18:27 WIB

62 Kelompok Geng Motor di Kota Bogor Diawasi

Ada sebanyak 62 kelompok geng motor di Kota Bogor yang menjadi pengawasan Polres.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah tersangka kasus geng motor bersama barang bukti senjata tajam dihadirkan saat pers rilis di Mapolresta Bogor Kota, Kota Bogor, Jawa Barat. Ada sebanyak 62 kelompok geng motor di Kota Bogor yang menjadi pengawasan Polres.
Foto: ANTARA/ARIF FIRMANSYAH
Sejumlah tersangka kasus geng motor bersama barang bukti senjata tajam dihadirkan saat pers rilis di Mapolresta Bogor Kota, Kota Bogor, Jawa Barat. Ada sebanyak 62 kelompok geng motor di Kota Bogor yang menjadi pengawasan Polres.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Satuan Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota telah mengidentifikasi puluhan geng motor yang ada di Kota Bogor. Identifikasi tersebut telah dilakukan sejak 2021, berdasarkan perbandingan data yang ada sejak 2020.

Kasat Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota, Kompol Dhoni Erwanto mengungkapkan, ada 62 kelompok yang menjadi atensi Polresta Bogor Kota. “Sampai 2022 ada 62 kelompok yang kita atensi dan 29 tempat yang sering dijadikan sebagai tempat tawuran,” kata Dhoni kepada Republika, Kamis (2/6/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pihaknya kerap berpatroli mengawasi kelompok-kelompok tertentu. Menurutnya, Satreskrim Polresta Bogor dapat membedakan mana kelompok yang hanya berkumpul dan mana kelompok yang meresahkan masyarakat.

“Kita juga lakukan imbauan. Kita tahu lah mana kelompok yang meresahkan, mana yang hanya nongkrong,” tuturnya.

Sementara itu, Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, membenarkan jika ada kelompok yang masuk dalam pengawasannya. Dari puluhan kelompok geng motor dan mobil, pihkaknya mengajak 10 persen di anteranya untuk bisa menekan angka kekerasan di antaranya.

Sama seperti Dhoni, menurut Susatyo, ada kelompok yang berpotensi untuk bersinggungan. Sehingga kelompok tersebut mendapat atensinkhusus agar tidak membahayakan masyarakat.

“Kelompok yang kami monitor berpotensi untuk menjadi para pelaku kekerasan segingga terjadi singgungan seolah ini maslaah kelompok, padahal itu masalah pribadi. Sehingga masyarakat mengajak untuk saling mengawasi,” pungkansnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement