Jumat 03 Jun 2022 06:56 WIB

Aplikasi Bantu Perempuan Gaza Laporkan KDRT Secara Anonim

Aplikasi "Masahatuna" atau "Ruang Kami" memungkinkan perempuan laporkan KDRT

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebuah aplikasi telepon memungkinkan perempuan di Jalur Gaza Palestina untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga secara anonim. Aplikasi ini memungkinkan semakin banyak korban mencari bantuan sambil menghindari rasa malu dan balas dendam yang membuat banyak orang enggan pergi ke pihak berwenang secara langsung.

Aplikasi "Masahatuna" atau "Ruang Kami" dikembangkan oleh insinyur komputer lokal Alaa Huthut. Pengembang aplikasi ini bertujuan  memberikan pilihan dalam mencari nasihat dengan aman di masyarakat dalam masalah keluarga. Saat ini masalah keluarga dinilai tabu dibicarakan sehingga membuat banyak kekerasan dalam rumah tangga tidak terlihat.

"Privasi sangat penting karena ketakutan biasanya menjadi penyebab utama perempuan tidak menghubungi atau mengunjungi pusat kesehatan," kata Huthut.

Aplikasi ini memungkinkan perempuan untuk mendaftar ke layanan tanpa memberikan nama atau meninggalkan jejak kontak dengan pusat perawatan di ponsel mereka sendiri. "Jika ada yang melihat telepon, mereka tidak akan tahu dia melakukan kontak," kata Huthut.

Gaza adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang, hampir setengah dari mereka adalah perempuan. Biro Statistik Palestina mengatakan pada 2019, 41 persen perempuan di Gaza telah menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Kelompok-kelompok perempuan mengatakan, seperti di banyak negara lain, masalahnya memburuk selama penguncian virus korona.

"Saya menghadapi kekerasan verbal dan fisik selama bertahun-tahun," kata seorang perempuan Gaza berusia 28 tahun yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Setelah perceraiannya dua tahun lalu, perempuan itu mengatakan, menghadapi ancaman dari mantan suaminya. Sedangkan keluarganya yang mengancam akan membawa pergi putranya yang berusia tujuh tahun.

Kholoud Al-Sawalma dari Pusat Media Komunitas Gaza mengatakan, 355 perempuan telah mengunduh aplikasi. Sebanyak160 telah menghubungi pusat bantuan yang memberikan dukungan psikologis dan hukum.

Bulan lalu, pengadilan Gaza menjatuhkan hukuman mati kepada seorang pria yang memukuli istrinya sampai mati. Tapi kelompok perempuan mengatakan, lebih banyak yang harus dilakukan untuk menghentikan kekerasan dalam rumah tangga di Gaza. Mereka mengatakan, beberapa perempuan yang melaporkan pelecehan kadang diarahkan ke pemimpin suku untuk menyelesaikannya.

Dalam beberapa kasus perempuan meninggal karena pelecehan, menurut pakar hukum, beberapa pria mungkin mencoba melarikan diri dari hukuman berat. Mereka biasanya menuduh pasangannya melakukan perzinahan atau masalah kesehatan mental palsu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement