Jumat 03 Jun 2022 17:21 WIB

Jepang Catatkan Rekor Kelahiran Terendah Sejak 1899

Tahun lalu, terdapat 811.604 kelahiran baru di Jepang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang berjalan di atas penyeberangan pejalan kaki di bawah terik matahari Senin, 30 Mei 2022, di Tokyo. Cuaca panas pada hari Senin telah ditetapkan dengan suhu naik lebih dari 27 derajat Celcius (80,6 derajat Fahrenheit) di Tokyo, menurut Badan Meteorologi Jepang.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Orang-orang berjalan di atas penyeberangan pejalan kaki di bawah terik matahari Senin, 30 Mei 2022, di Tokyo. Cuaca panas pada hari Senin telah ditetapkan dengan suhu naik lebih dari 27 derajat Celcius (80,6 derajat Fahrenheit) di Tokyo, menurut Badan Meteorologi Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang telah mencatatkan rekor angka kelahiran terendah yang terjadi pada 2021. Tahun lalu, terdapat 811.604 kelahiran baru di Negeri Sakura. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jepang, jumlah itu merupakan yang paling rendah sejak 1899.

Berdasarkan laporan yang dirilis Kemenkes Jepang pada Jumat (3/6/2022), angka kelahiran sebanyak 811.604 pada 2021 juga melanjutkan tren penurunan selama enam tahun berturut-turut. Jumlah kelahiran di bahwa 815 ribu terjadi enam tahun lebih awal dari prediksi yang dibuat Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang (IPSS) pada 2017.

Baca Juga

Lembaga tersebut membuat tiga proyeksi dengan yang digunakan pemerintah memprediksi 869 ribu kelahiran pada 2021. Proyeksi pesimistis terkait angka kelahiran pada 2021 yakni sebanyak 756 ribu. Angka sebenarnya berada di antara dua proyeksi itu. Tetapi proyeksi pemerintah adalah bahwa kelahiran akan turun di bawah 815 ribu pada 2027.

Dalam laporan terbarunya, Kemenkes Jepang pun mengungkap, tingkat kesuburan, atau jumlah rata-rata anak yang diharapkan akan dilahirkan oleh seorang wanita dalam hidupnya, turun menjadi 1,3 pada 2021. Angka itu turun 0,03 poin dari 2020. Sama seperti angka kelahiran, tingkat kesuburan juga merosot selama enam tahun berturut-turut.

Tingkat kesuburan 2,07 diperlukan untuk mempertahankan populasi. Tetapi angka terbaru tidak hanya turun di bawah ambang itu, tetapi juga di bawah 1,8 persen “angka kelahiran yang diinginkan” yang ditetapkan sebagai tujuan pemerintah. Tokyo memiliki tingkat kesuburan terendah, yakni 1,08. Prefektur Miyagi mengikuti dengan 1,15 dan Hokkaido sebesar 1,20. Prefektur Okinawa memiliki tingkat tertinggi, yaitu 1,80. Prefektur Kagoshima dan Miyazaki membuntuti Okinawa dengan tingkat kesuburan masing-masing1,65 dan 1,64.

Jepang turut mencatatkan 1.439.809 kematian pada 2021. Itu merupakan jumlah kematian tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia II. Kanker menjadi penyebab utama kematian di Negeri Matahari, yakni sebesar 381.497 jiwa. Penyakit jantung menyusul dengan 214.623 jiwa. Sementara kematian alami akibat usia atau penuaan sebanyak 152.024 jiwa. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement