Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Iman dan Hidayah Adalah Harta yang Paling Berharga

Agama | Saturday, 04 Jun 2022, 08:19 WIB
Ustadz Dr. Mumtazul Fikri, S.Pdi.,MA Khatib Jumat di Masjid Babul Maghfirah, Jumat, 03/06/2022. (Foto Ist)

Kemajuan Ilmu dan teknologi yang telah dicapai dewasa ini telah membuat manusia berhasil menguasai berbagai bidang. Manusia telah dapat mengetahui tentang kehebatan dan kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta.

Dalam bidang ilmu geologi, mereka mengetahui bagaimana Allah menciptakan bumi, planet, dan alam semesta. Begitu pula dalam bidang biologi, mereka juga paham bagaimana Allah menciptakan manusia, tumbuh-tumbuhan, dan kuman atau virus yang sangat kecil dan rumit.

Kemampuan mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa mereka sebagai manusia yang unggul. Namun sayangnya mereka tidak mendapatkan nikmat iman dan hidayah dari Allah SWT.

"Iman dan hidayah merupakan harta yang paling mahal nilainya," demikian dikatakan oleh Ustadz Dr. Mumtazul Fikri, S.Pd.I.,MA, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam khutbahnya dihadapan jamaah Masjid Babul Maghfirah, Gampong Tanjung Selamat, Jumat, 03/06/2022.

Kalau kita membaca sirah Nabawiyah, lanjutnya, kehidupan Muhammad kecil di Mekkah ditengah kafir Quraisy, mereka bukan tidak tahu bahwa beliau adalah seorang utusan Allah. Sejak Muhammad kecil dibesarkan oleh pamannya Abu Thalib, beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak sangat baik, jujur, dan digelar sebagai orang yang dapat dipercaya. Bahkan pamannya itu tahu jika Muhammad akan menjadi seorang utusan Allah.

Konon ketika dalam sebuah misi perdagangan ke negeri Syam. Abu Thalib mengajak Muhammad kecil ikut bersamanya. Lantas seorang pendeta Nasrani saat itu begitu menarik perhatiannya terhadap Muhammad hingga ia mencari tahu lebih jauh tentang beliau.

Saat pendeta Nasrani tersebut mendapatkan ciri-ciri Muhammad persis seperti yang diceritakan dalam kitab mereka bahwa itulah seorang utusan Allah. Pendeta pun menyarankan kepada Abu Thalib agar membawa pulang Muhammad ke Mekkah. Sebab jika kaum Yahudi mengetahuinya, maka akan membawa malapetaka bagi Muhammad. Begitulah, sebenarnya Abu Thalib tahu bahwa Muhammad akan menjadi seorang Rasul nantinya.

Namun begitu, sang paman yang membesarkan Nabi Muhammad Saw hingga akhirnya hayatnya tidak mampu mengucapkan syahadat dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mengapa? Karena ia tidak mendapatkan hidayah. Begitu mahalnya iman dan hidayah.

Tidak saja kaum Quraisy. Lihat juga bagaimana umat Nabi Musa as, Firaun yang sangat ditakuti oleh rakyatnya karena begitu kejam bukan tidak tahu akan kebenaran yang dibawa oleh Musa.

Mukjizat Musa as yang mampu membelah lautan (atas izin Allah) menjadi dinding batu dan dapat dilewati oleh para pengikutnya di tengah kejaran Fir'aun dan serdadu-serdadunya. Sebenarnya Firaun tahu akan kebenaran dari ajaran yang dibawa Nabi Musa as hingga diujung ajalnya Firaun menyatakan beriman kepada Tuhannya Musa, namun ditolak oleh Allah SWT. Begitu mahalnya iman dan hidayah.

Pula demikian halnya dengan pengikut Nabi Isa as, beliau yang karena izin Allah dapat menjadikan segumpal tanah menjadi seekor burung, menghidupkan orang yang sudah mati, dan mampu menyembuhkan orang buta lalu dapat melihat kembali, semuanya sebagai bukti kebenaran atas kerasulannya. Tetapi kaumnya tetap saja tidak beriman. Mengapa? Karena tidak mendapatkan hidayah. Begitu mahalnya iman dan hidayah.

Tidak kalah hebatnya mukjizat Nabi Saleh as yang mengeluarkan seorang unta betina dari dalam batu besar atas permintaan kaumnya. Setelah Nabi Saleh menuruti apa yang diinginkan oleh kaumnya itu. Tetapi mereka tetap mengingkari dan tidak beriman kepada Allah SWT. Karena tidak mendapatkan hidayah.

Oleh karena itu kita yang hari ini dititipkan iman dalam hati sanubari kita oleh Allah SWT tanpa perlu melihat Isa menghidupkan orang mati, atau melihat Nabi Saleh mengeluarkan unta dari batu besar, maka patut bersyukur kepada Allah SWT karena kita telah mendapatkan titipan harta yang sangat berharga.

Marilah kita menjaga, membina, dan merawat iman yang telah Allah titipkan dalam hati sanubari kita dan janganlah menjadi orang-orang yang dimurkai dan sesat.

Janganlah seperti Bani Israil yang dimurkai oleh Allah SWT padahal begitu banyak nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Tiga kitab dari empat yang diturunkan adalah untuk mereka. Bahkan para nabi yang diutus untuk kaumnya, mereka bunuh sendiri. Maka janganlah kita menjadi kufur nikmat karena itu kita dimurkai oleh Allah SWT.

Jangan juga seperti umat Nasrani yang mengajak kepada kesesatan. Mereka mengetahui tentang kebenaran terhadap kerasulan Muhammad Saw dan ajaran yang dibawanya, namun mereka menolaknya atau mengingkarinya.

Itulah makna Firman Allah SWT dalam surat Al-fatihah yang kita baca setiap kali kita menunaikan shalat.

"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 7).

Hendaknya Allah SWT selalu memantapkan hati kita pada ketetapan iman karena hidayah yang telah dititipkan dalam hati sanubari kita. Allahu'alam Bisshawwab. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image