Senin 13 Jun 2022 15:36 WIB

Aliansi Macron Hadapi Penantang Berat dalam Pemilihan Parlemen

Aliansi penentang Macron memimpin dengan 26,20 persen suara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Emmanuel Macron menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan mayoritas mutlak di parlemen.
Foto: AP/Michael Sohn
Presiden Emmanuel Macron menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan mayoritas mutlak di parlemen.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Emmanuel Macron menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan mayoritas mutlak di parlemen. Dalam putaran pertama pemilihan parlemen pada Ahad (12/6/2022), aliansi penantang Macron, Nupes atau singkatan dari Nouvelle Union Populaire cologique et Sociale yang dipimpin oleh Jean-Luc Melenchon meraup 26,20 persen suara.

Sementara aliansi Ensemble yang mendukung Presiden Macron meraih 25,8 persen suara. Partai La République En Marche, yang didirikan Macron, membentuk aliansi yang disebut Ensemble! bersama Horizons dan MoDem.

Baca Juga

Elabe memproyeksikan Ensemble akan memenangkan antara 260-300 kursi parlemen dari mayoritas 289 kursi. Sementara aliansi sayap kiri, Nupes diperkirakan akan mengamankan 170-220 kursi dan mengalami peningkatan besar sejak 2017.

"Mengingat hasil ini, dan peluang luar biasa yang ditawarkannya kepada kita dan nasib tanah air bersama, saya menyerukan kepada seluruh warga pada minggu depan untuk mengalahkan politik mayoritas dan menghancurkan Macron,” kata Melenchon setelah pemungutan suara.

Sistem pemilihan parlemen berlangsung dua putaran, dan diterapkan pada 577 daerah pemilihan di seluruh negeri. Pemungutan suara di putaran pertama merupakan indikator tentang siapa yang pada akhirnya akan memenangkan mayoritas parlemen dalam pemilihan putaran kedua pada minggu depan. 

Pemilu ini sangat penting bagi Macron untuk mendapatkan mayoritas mutlak dalam pemilihan umum untuk memenuhi janji pemilihannya dan membentuk pemerintahan.

Jajak pendapat memperkirakan bahwa Nupes dapat menjegal aliansi Macron sebagai mayoritas mutlak dalam putaran kedua pada 19 Juni mendatang. Jika aliansi Nupes memenangkan kursi mayoritas parlemen, maka akan sulit bagi Macron untuk memenuhi janji kampanye dan dapat memicu perombakan kabinet.

Manifesto Nupes mencakup janji mengatasi inflasi, menaikkan upah minimum, mengurangi usia pensiun dan distribusi kekayaan yang lebih besar. Pemimpin aliansi Nupes, Melenchon, adalah veteran sayap kiri yang skeptis terhadap euro. Dia adalah pengagu mendiang pemimpin revolusioner Kuba Fidel Castro dan mantan presiden Venezuela Hugo Chavez. Melenchon ingin Prancis meninggalkan NATO dan sebelumnya telah mengajukan sikap Russophobia. 

"Kedaulatan nasional tidak putus dengan Eropa, ketertarikan dengan rezim otoriter dan keselarasan dengan Rusia, tetapi negara yang kuat di dalam Eropa yang lebih independen," kata Perdana Menteri Elisabeth Borne setelah pemungutan suara pada Ahad.

Sekitar 14 menteri Macron bersaing dalam perlombaan lokal dan bisa kehilangan jabatan jika gagal memenangkan kursi. Salah satu anggota kabinet yang paling dijagokan adalah Menteri Eropa Clement Beaune, yang berkampanye di daerah pemilihan Paris timur. Sebagai mantan penasihat masalah Brexit, Beaune adalah sekutu dekat presiden.

"Itu akan menjadi kehilangan yang menyakitkan," kata sumber pemerintah.

Hal yang dipertaruhkan dalam pemilihan parlemen ini adalah kemampuan Macron untuk meloloskan agenda reformasinya. Termasuk reformasi pensiun yang menjadi polemik di Prancis. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement