Rabu 15 Jun 2022 14:51 WIB

Sekjen NATO Minta Barat Tambah Pasokan Senjata Berat ke Ukraina

Barat tidak akan memiliki "kredibilitas" jika Ukraina kalah melawan Rusia.

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
Konvoi militer Rusia bergerak di jalan raya di daerah yang dikuasai oleh pasukan separatis dukungan Rusia di dekat Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.
Foto: AP/Alexei Alexandrov
Konvoi militer Rusia bergerak di jalan raya di daerah yang dikuasai oleh pasukan separatis dukungan Rusia di dekat Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,DEN HAAG – Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan, negara-negara Barat harus mengirimkan lebih banyak persenjataan berat ke Ukraina. Hal itu guna membendung kemajuan Rusia dalam merebut wilayah di timur negara tersebut.

"Ya, Ukraina seharusnya memiliki lebih banyak senjata berat," kata Stoltenberg dalam konferensi pers di Den Haag, Belanda, setelah bertemu dengan para pemimpin tujuh sekutu NATO Eropa menjelang pertemuan puncak, Selasa (14/6/2022).

Baca Juga

Stoltenberg mengungkapkan, NATO sudah "meningkatkan" pengiriman ke Ukraina. Para pejabat diagendakan bertemu di Brussels, Belgia, pada Rabu (15/6/2022), untuk mengoordinasikan dukungan lebih lanjut, termasuk persenjataan berat. “Karena mereka (Ukraina) benar-benar bergantung pada senjata itu untuk dapat melawan invasi brutal Rusia,” ujar Stoltenberg.

Sementara itu, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menyesalkan bahwa Barat tidak berbuat cukup untuk mendukung Ukraina. “Kita belum berbuat cukup untuk membela Ukraina, untuk mendukung rakyat Ukraina, untuk mendukung kebebasan dan kedaulatan mereka,” katanya pada konferensi pers.“Dan inilah mengapa saya mendesak Anda, saya meminta Anda untuk berbuat lebih banyak untuk mengirimkan senjata, artileri ke Ukraina. Mereka membutuhkan ini untuk membela negara mereka,” ucap Morawiecki menambahkan.

Menurut dia, negara-negara Barat tidak akan memiliki "kredibilitas" jika Ukraina kalah melawan Rusia. “Ini akan menjadi kegagalan total serta bencana bagi Uni Eropa, nilai-nilai kita, dan NATO,” kata Morawiecki.

Awal bulan ini Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, seperlima wilayah Ukraina sudah berada di bawah kendali Rusia. Wilayah Donbas yang terletak di timur negara tersebut sudah hampir seluruhnya hancur. “Hingga hari ini, sekitar 20 persen wilayah kami dikuasai penjajah, hampir 125 ribu kilometer persegi, Ini jauh lebih besar daripada wilayah gabungan semua negara Benelux (Belanda, Luksemburg, dan Belgia),” kata Zelensky saat berbicara kepada anggota parlemen Luksemburg lewat sambungan video pada 2 Juni lalu.

Pada kesempatan itu, Zelensky kembali menyerukan penerapan sanksi lebih keras terhadap Rusia. Selain itu, dia pun meminta negara-negara memasok lebih banyak senjata ke Ukraina guna mendukung perjuangan mereka melawan Rusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement