Kamis 16 Jun 2022 13:58 WIB

Dilanda Krisis, Warga Sri Lanka Antre Bikin Paspor Agar Bisa Bekerja di Luar Negeri

Hingga Mei, Sri Lanka telah mengeluarkan 288.645 paspor.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita menawar saat dia membeli sayuran di sebuah pasar di Kolombo, Sri Lanka, Jumat, 10 Juni 2022. Negara ini menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam ingatan baru-baru ini.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Seorang wanita menawar saat dia membeli sayuran di sebuah pasar di Kolombo, Sri Lanka, Jumat, 10 Juni 2022. Negara ini menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam ingatan baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Warga Sri Lanka berbondong-bondong mendatangi kantor Departemen Imigrasi dan Emigrasi untuk membuat paspor. Mereka berencana meninggalkan Sri Lanka yang dilanda krisis ekonomi dan mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain.

Salah satu warga Sri Lanka yang mmengantre untuk membuat paspor adalah RMR Lenora (33 tahun). Dia telah mengantre selama dua hari dan berharap bisa mendapatkan paspor untuk mengadu nasib ke negara lain. 

Baca Juga

Lenora yang merupakan pekerja di pabrik garmen, memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Kuwait. Langkah ini diambil setelah suami Lenora diberhentikan dari sebuah restoran kecil tempat dia bekerja sebagai juru masak.

"Suami saya kehilangan pekerjaannya. Kami tidak punya gas untuk memasak dan biaya makanan meroket. Sangat sulit untuk mencari pekerjaan dan gajinya sangat rendah," kata Lenora.

Lenora mengatakan, dia mengantongi penghasilan sekitar 2.500 rupee Sri Lanka atau 6,80 dolar AS per hari sebagai buruh garmen. Penghasilan Lenora tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

"Dengan dua anak, (penghasilan) itu tidak mungkin cukup," kata Lenora.

Pekan lalu, Lenora menempuh perjalanan cukup jauh dari tempat tinggalnya di Kota Nuwara Eliya ke Ibu Kota komersial Kolombo untuk membuat paapor. Dengan membawa baju ganti dan payung, Lenora naik kereta api dari Nuwara Eliya ke Kolombo dengan jarak sejauh 170 kilometer. Lenora membawa dokumen yang dibutuhkan untuk membuat paspor pertamanya.

Dalam antrean, Lenora bergabung dengan buruh, pemilik toko, petani, pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Beberapa dari mereka menginap dengan mendirikan kemah di halaman kantor Departemen Imigrasi dan Emigrasi untuk membuat paspor. Mereka ingin melarikan diri dari krisis keuangan terburuk di Sri Lanka dalam tujuh dekade. Lenora bertekad melakukan segala macam upaya untuk agar kehidupan anak-anaknya menjadi lebih baik.

"Saya ingin menghabiskan dua tahun di Kuwait, saya yakin bisa mendapatkan uang dan menabung dengan cukup, kemudian kembali (ke Sri Lanka). Saya ingin mendidik anak perempuan saya. Itu yang terpenting," ujar Lenora.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement