Kamis 16 Jun 2022 17:00 WIB

Deteksi Hati dengan Berzikir, ini Penjelasannya

Hati merupakan barometer baik dan buruknya seorang hamba.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Dzikir Nasional (ilustrasi)
Foto: Republika TV
Dzikir Nasional (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Hati merupakan barometer baik dan buruknya seorang hamba.  Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: 

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

Baca Juga

"Ingatlah, dan sesungguhnya di dalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia baik, baik (pula) seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.”. Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim (Muttafaqun Alaih)

Pendakwah yang juga Sekretaris Awwal Idaroh Aliyah-Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) KH. Ali M Abdillah mengatakan bahwa hati itu memiliki dua model. Pertama, hati yang memiliki sensitivitas dan kelembutan. Sehingga orang tersebut akan memiliki ketertarikan ketika diajak berzikir. Sebagaimana firman Allah SWT: 

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Alquran surat Al Anfal ayat 2).

Kedua, hati yang keras. Yakni hati yang tidak memiliki sensitivitas untuk mengingat Allah. Kiai Ali mengatakan ciri orang yang hatinya keras adalah memiliki telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar kalam-kalam Allah SWT. Ciri lainnya adalah memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat kebesaran-kebesaran Allah dan memiliki hati tetapi tidak dapat merasakan keindahan dalam berzikir mengingat Allah. Maka kiai Ali mengatakan orang yang keras hatinya adalah orang-orang yang celaka.  

"Karena itu kita bisa mendeteksi hati kita, apakah ketika hati kita diajak zikir itu memiliki respon positif, biasa saja, atau negatif. Ketika hati kita diajak zikir responnya positif itu perlu diistikamahkan, karena frekuensinya sudah masuk sehingga perlu istikamah. Ketika hati kita dibuat zikir frekuensinya biasa saja, tidak ada ketertarikan, inilah yang perlu diajak untuk berlatih untuk mengistikamahkan zikir," kata kiai Ali yang juga pimpinan Pesantren Ar-rabbani Nagrak pada Republika,co.id beberapa hari lalu.

Maka menurut kiai Ali bila seorang hamba merasa bahwa hatinya biasa-biasa saja ketika berzikir atau ketika mendengarkan zikir maka perlu terus diasah. Misalnya dengan memperbanyak zikir nafi Isbat setiap selesai melaksanakan sholat lima waktu. Menurutnya orang yang secara istikamah melakukan zikir nafi isbat dan lafaz zikir lainnya akan merasakan perubahan yang sangat signifikan pada dirinya dan kehidupannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement