Jumat 17 Jun 2022 12:45 WIB

800 Masjid di Jerman Diserang Sejak 2014

Serangan terhadap masjid di Jerman tidak pernah diselidiki dengan benar.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
(Ilustrasi) Petugas polisi berdiri di depan masjid Al-Taqwa di Hamburg, Jerman. 800 Masjid di Jerman Diserang Sejak 2014
Foto: EPA/CHRISTIAN CHARISIUS
(Ilustrasi) Petugas polisi berdiri di depan masjid Al-Taqwa di Hamburg, Jerman. 800 Masjid di Jerman Diserang Sejak 2014

IHRAM.CO.ID, BERLIN -- Masjid terus menjadi sasaran neo-Nazi atau ekstremis sayap kiri di Jerman. Sayangnya, menurut Brandeilig serangan-serangan itu tidak pernah diselidiki dengan benar.

“Lebih dari 800 masjid di Jerman telah menjadi sasaran ancaman dan serangan sejak 2014, tetapi sebagian besar kasus, kejahatan itu tidak diselidiki dengan benar,” menurut Brandeilig, sebuah inisiatif dari kelompok hak asasi FAIR Internasional.

Baca Juga

Kelompok tersebut telah mendirikan pusat pelaporan pertama di Jerman untuk serangan terhadap masjid. Laporan tersebut mencatat ada 840 insiden serangan, perusakan, dan ancaman antara 2014 dan 2022.

Analisis terperinci dari kejahatan pada 2018 mengungkapkan para pelaku tetap tidak dikenal di sebagian besar serangan sehingga memicu serangan lebih lanjut terhadap situs ibadah Muslim oleh neo-Nazi atau ekstremis sayap kiri. Di antara 120 serangan yang tercatat terhadap masjid pada 2018, hanya dalam sembilan kasus pelaku dapat diidentifikasi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat muslim di Jerman.

Ahli Brandeilig menunjukkan dalam 20 kasus, termasuk serangan pembakaran, bertujuan menyebabkan kematian dan kerusakan tubuh yang parah. “Secara umum, petugas polisi tiba di tempat kejadian dengan sangat cepat dan segera memulai penyelidikan. Namun demikian, hampir tidak ada insiden yang dapat diselesaikan hingga hari ini,” kata para ahli dilansir dari Yeni Safak, Jumat (17/6/2022).

Sosiolog dan ilmuwan politik Yusuf Sari mengatakan salah satu temuan terpenting adalah komunitas masjid tidak menginformasikan hal ini meskipun mereka telah diserang berkali-kali sebelumnya. “Selain itu, setengah dari serangan berasal dari sayap kanan, dan dalam banyak kasus pelakunya belum tertangkap. Artinya, pelaku masih menjadi ancaman bagi umat Islam,” katanya.

“Penting juga untuk dicatat masyarakat sering dibiarkan sendiri setelah serangan dan tidak menerima bantuan, baik spiritual maupun material,” tambah Sari.

Dia membuat saran untuk solusi masalah yang disebutkan dalam laporan dan menjelaskan harapannya dari pihak berwenang Jerman. "Sebagai langkah pertama, bahaya saat ini bagi umat Islam harus diterima."

Secara umum, ia mengharapkan pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak dalam memerangi rasisme anti-Muslim. Solidaritas dengan komunitas Muslim harus meningkat, dan komunitas masjid harus didukung, termasuk dukungan keuangan setelah serangan.

“Tapi salah satu yang terpenting adalah pengungkapan kasus dan penangkapan pelaku, jika tidak maka ini akan menjadi insentif bagi pelaku. Kami, tentu saja, mencatat jumlah dan serangan yang diperbarui,” katanya.

Sari mengaku sangat khawatir dengan jumlah tersangka yang berhasil ditangkap sangat sedikit, bila dibandingkan dengan jumlah serangan terhadap masjid yang begitu banyak. “Sesuatu perlu diubah, terutama pada saat ini, jika kita ingin menangani sayap kanan dan mencegah orang dari kerugian serius di masa depan. Serangan terhadap masjid tidak boleh diremehkan dalam keadaan apa pun,” katanya.

Melalui laporan itu, ia berharap dapat memberikan kontribusi kecil untuk masalah rasisme anti-Muslim. Ia  juga ingin meningkatkan solidaritas dengan komunitas masjid dan berharap serangan terhadap Muslim di Jerman akan berkurang.

Ekstremis sayap kiri dan pengikut kelompok teror YPG/PKK berada di balik beberapa serangan yang menargetkan masjid, sementara sebagian besar dilakukan oleh ekstremis sayap kanan atau kelompok neo-Nazi. Jerman, negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 5,3 juta Muslim di negara itu, tiga juta berasal dari Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement