Senin 20 Jun 2022 21:16 WIB

Dinkes Surabaya Paparkan IKO Targetkan Percepat Layanan Kesehatan

Salah satu targetnya, respons pelayanan pasien di Puskesmas, kurang dari 25 menit.

Dinkes Surabaya Paparkan IKO Targetkan Percepat Layanan Kesehatan (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Dinkes Surabaya Paparkan IKO Targetkan Percepat Layanan Kesehatan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Dinas Kesehatan Kota Surabaya bersama RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada memaparkan indeks kinerja operasional (IKO) dengan target percepatan layanan kesehatan masyarakat.

"Ada lima target IKO yang harus tercapai di tahun 2022, salah satunya adalah respons pelayanan pasien di Puskesmas, kurang dari 25 menit," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina saat memaparkan IKO di pers room Diskominfo Surabaya, Senin (20/6/2022).

Baca Juga

Tentunya, lanjut dia, dengan formulasi rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien untuk kontak pertama dengan kesehatan sesuai dengan jadwal yang tercantum pada pendaftaran situs laman E-Health. Hal yang sama juga disampaikan Dirut RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Kota Surabaya Billly Daniel Messakh.

Dia menjelaskan lima IKO target yang harus dicapai di tahun 2022 meliputi IKO pertama, waktu tanggap pelayanan tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan target waktu kurang dari empat menit. "IKO kedua adalah waktu tunggu operasi elektif atau operasi yang terencana di poliklinik yakni setelah pasien mendapat diagnostik dan dokter memutuskan untuk dilakukan operasi hingga pelaksanaan operasi, dengan waktu kurang dari dua hari kerja," kata Billy.

 

IKO ketiga adalah waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium, dengan waktu yang dibutuhkan kurang dari 140 menit. Yakni, ketika pasien diambil sampel sampai dengan menerima hasil, yang telah dibaca oleh dokter. "Pelayanan laboratorium adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah," ujar dia.

IKO keempat adalah waktu tunggu pelayanan obat, dimana pasien harus menunggu proses dari obat racikan, maupun obat non racikan. Karenanya, waktu tunggu bagi pasien yang akan menerima obat racik, kurang dari 60 menit. Sedangkan, pasien yang akan menerima obat non racik, kurang dari 30 menit.

"Terhitung, saat resep obat diterima oleh instalasi farmasi sampai dengan obat itu diterima oleh pasien. Selain itu, kami juga memiliki layanan antar obat ke rumah, yakni untuk kasus racikan obat yang membutuhkan waktu lebih lama. Kami menawarkan untuk penghantaran obat secara gratis atau tanpa biaya," kata dia.

IKO kelima adalah Bed Occupancy Ratio (BOR) RSUD Soewandhie, yakni dengan target 84 persen. "Nilai BOR ini dihitung dari jumlah hari perawatan rumah sakit dibagi jumlah tempat tidur dan dikali jumlah hari dalam satu periode," kata dia.

Sementara itu, Dirut RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Kota Surabaya Bisukma Kurniawati, juga memiliki target IKO yang sama dengan RSUD Soewandhie Kota Surabaya. Namun terdapat sedikit perbedaan pada tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit (BOR).

"Terakhir adalah BOR, yakni prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran mengenai tinggi dan rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit, dengan target 60 persen," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement