Selasa 21 Jun 2022 12:25 WIB

Keberkahan Haji yang Digambarkan dalam Alquran

Alquran menggambarkan keberkahan haji.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Keberkahan Haji yang Digambarkan dalam Alquran. Foto: Alquran (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Keberkahan Haji yang Digambarkan dalam Alquran. Foto: Alquran (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Setiap Muslim dapat menggambarkan keberkahan haji dan keutamaannya secara rinci. Namun dalam Alquran, di mana Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk mengundang umat Muslim untuk pergi haji, disebutkan hanya mereka yang melakukan haji yang bisa merasakan berkah sesungguhnya.

Dalam QS Al-Hajj ayat 28 dituliskan, "Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir."

Baca Juga

Imam Abu Hanifah, diriwayatkan, tidak yakin ibadah mana yang lebih baik. Tapi begitu dia melakukan haji, dia tidak ragu-ragu menyatakan bahwa haji adalah yang paling utama dari semuanya.

Berbeda dengan perjalanan biasanya, perjalanan haji sangat berbeda dari segi sifat. Umat Muslim yang berangkat haji tidak mencari tujuan pribadi, namun melakukannya semata-mata untuk Allah SWT dan pemenuhan tugas yang Dia tetapkan.

 

Tak seorang pun siap untuk melakukan perjalanan ini, kecuali dia memiliki cinta kepada Allah SWT di dalam hatinya, serta takut kepada-Nya. Dia perlu sepenuhnya percaya bahwa Allah ingin dia melakukan apa yang dia lakukan.

Dalam artikel di About Islam, seorang cendekiawan bernama Abul A'la Mawdudi menyebut kesediaan seorang umat menanggung kekurangan yang timbul dari pemisahan dari keluarga, mengeluarkan biaya besar dalam perjalanan yang tidak akan membawa imbalan materi, serta menderita kerugian bisnis atau pekerjaan adalah tanda kualitas batin tertentu.

"Bahwa Anda mencintai dan takut kepada Allah SWT lebih dari segalanya, bahwa Anda memiliki rasa kewajiban yang kuat kepada-Nya, bahwa Anda bersedia untuk menanggapi panggilan-Nya dan siap untuk mengorbankan kenyamanan materi Anda di jalan-Nya," tulisnya.

Kecintaan kepada Allah disebut meningkat saat mulai mempersiapkan perjalanan haji, dengan satu-satunya tujuan untuk menyenangkan Allah. Dengan kerinduan hati untuk mencapai tujuan, seorang Muslim akan menjadi lebih murni dalam pikiran dan perbuatan.

Selama persiapan haji dan pelaksanaannya, setiap umat akan bertobat atas dosa-dosa masa lalu, mencari pengampunan dari orang-orang yang mungkin telah disakiti, sekaligus mencoba untuk memberikan hak kepada orang lain, jika diperlukan. Hal ini dilakukan agar nantinya saat pergi ke pengadilan Allah tidak dibebani dengan ketidakadilan, yang mungkin telah dilakukan terhadap sesama manusia semasa hidup.

"Secara umum, kecenderungan untuk berbuat baik meningkat dan kebencian untuk berbuat jahat meningkat. Setelah meninggalkan rumah, semakin dekat dengan Rumah Allah, semakin kuat keinginan Muslim untuk berbuat baik," lanjutnya.

Perjalanan haji, yang berbeda dengan perjalanan lainnya, adalah perjalanan berkelanjutan dengan seorang Muslim mencapai pemurnian diri secara progresif. Dalam perjalanan ini, seorang Muslim merupakan peziarah kepada Allah.

Selama dua atau tiga bulan, dari saat memutuskan dan mempersiapkan haji hingga saat kembali ke rumah, dampak yang luar biasa telah dibuat di hati dan pikiran para peziarah. Proses ini memerlukan pengorbanan waktu, uang, kenyamanan, serta keinginan dan kesenangan fisik. Semua ini didedikasikan untuk Allah, tanpa motif duniawi atau egois.

Dalam pelaksanaan haji, para peziarah menyaksikan setiap langkah jejak yang ditinggalkan oleh orang-orang, yang mengorbankan semua milik mereka dalam kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.

"Mereka berperang melawan seluruh dunia, menderita kesulitan dan siksaan, dikutuk untuk dibuang, tetapi pada akhirnya membuat firman Allah menjadi yang tertinggi dan menaklukkan kekuatan palsu yang ingin manusia tunduk pada entitas selain Allah," ucap Mawdudi.

Pelajaran tentang keberanian dan tekad, dorongan untuk berjuang di jalan Allah, yang dapat diambil oleh seorang penyembah Allah dari tanda-tanda yang jelas dan contoh-contoh yang menginspirasi ini, hampir tidak dapat diperoleh dari sumber lain mana pun.

Dalam proses melakukan ibadah haji, jamaah melakukan serangkaian ritual yang juga memerlukan ketahanan fisik. Mulai dari berjalan mengelilingi Ka'bah (tawaf), berlari dari satu tempat ke tempat lain (sa'i), menunjukkan ibadah ini tidak hanya memerlukan uang namun juga kondisi kesehatan yang mumpuni.

"Inilah sebabnya mengapa telah menjadi wajib bagi semua yang memiliki uang dan kebugaran fisik untuk perjalanan ke Ka`bah. Ini memastikan bahwa, di setiap zaman, ada Muslim yang telah melewati pelatihan ini," ujarnya.

Terakhir, Mawdudi menyebut ibadah haji merupakan ibadah kolektif. Keuntungan melakukan shalat sendirian tentu tidak sedikit, begitu pula dengan upaya memberikan sedekah. Namun, sebuah tindakan kolektif dapat meningkatkan keefektifannya hingga titik tertentu, yang memberinya dimensi baru.  

Sumber:

https://aboutislam.net/shariah/special-coverage-shariah/hajj-and-umrah/hajj-renewal-self/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement