Selasa 21 Jun 2022 16:52 WIB

Bangun Ketahanan Pangan, Jokowi Minta Rakyat Terus Berproduksi

Masalah pangan menjadi fokus pemerintah mengingat adanya ancaman krisis pangan dunia.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). Rapat kabinet paripurna tersebut membahas antisipasi krisis pangan dan energi.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). Rapat kabinet paripurna tersebut membahas antisipasi krisis pangan dan energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk terus berproduksi guna membangun ketahanan pangan. Ia mengatakan, masalah pangan ini menjadi fokus pemerintah ke depannya mengingat adanya ancaman krisis pangan dunia.

Menurut Jokowi, masing-masing daerah dapat bergerak sesuai kekuatan dan karakternya untuk membangun kekuatan besar di sektor pangan. Hal ini disampaikannya saat meresmikan pembukaan Rakernas II PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Baca Juga

“Jadi kalau masing-masing daerah bergerak sesuai kekuatan dan karakternya kita akan bisa betul-betul membangun kekuatan besar di sektor pangan, produksi akan melimpah, dan diversifikasi pangan bisa dipertahankan. Inilah kekuatan besar bangsa kita. Jadi rakyat harus diajak terus berproduksi,” ujarnya.

Namun, kata Jokowi, pemerintah harus mampu menyerap produksi pangan dari masyarakat, baik digunakan sebagai stok maupun untuk ekspor jika pasokan berlebih. “Ini baru kita design siapa yang mengambil siapa yang membeli, baru kita design. Bisa RNI bisa Bulog. Tapi harus negara harus ambil produksinya,” kata dia.

Ia pun menjelaskan, masyarakat di berbagai daerah tak perlu dipaksa untuk menanam kebutuhan pangan yang tak sesuai dengan karakteristik masing-masing warganya. Sebab, setiap daerah memiliki keunggulan pangan sesuai dengan karakteristik tanah, kondisi masyarakat, dan juga tradisi makan masyarakat.

Jokowi mencontohkan daerah Papua yang cocok untuk menanam sagu. Selain sagu, adapula tanaman sorgum yang hanya cocok ditanam di NTT dan bisa menjadi alternatif pengganti gandum di tengah kenaikan harga yang sangat tinggi. Pemerintah pun telah mencoba untuk menanam sorgum di lahan seluas 40 hektare di Waingapu, NTT.

“Papua misalnya, tanahnya cocok untuk menanam sagu. Tradisi makanan pokoknya juga sagu. Jangan kita paksa-paksa untuk makan padi, makan beras, dan kita paksa-paksa untuk menanam padi, untuk makan nasi. Jangan kita paksa untuk keluar dari kekuatannya, dari karakternya,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement