Rabu 22 Jun 2022 09:12 WIB

Goldman Sachs: Risiko AS Menuju Resesi Ekonomi Membesar

Ekonomi AS menghadapi rekor inflasi tinggi dan dampak perang Ukraina

Red: Nur Aini
Goldman Sachs
Foto: understory.ran.org
Goldman Sachs

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank investasi Wall Street, Goldman Sachs memperkirakan 30 persen peluang ekonomi Amerika Serikat menuju resesi selama tahun depan, naik dari 15 persen sebelumnya. Hal itu menyusul rekor inflasi tinggi dan latar belakang ekonomi makro yang lemah karena konflik Ukraina.

"Kami sekarang melihat risiko resesi lebih tinggi dan lebih banyak di depan," kata ekonom Goldman dalam sebuah catatan pada Senin (20/6/2022).

Baca Juga

Perkiraan terbaru muncul sekitar seminggu setelah Federal Reserve AS meluncurkan kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994 untuk membendung lonjakan inflasi, dan ketika beberapa bank sentral lainnya juga mengambil langkah agresif untuk memperketat kebijakan moneter.

"Kami semakin khawatir bahwa kepemimpinan Fed telah menetapkan standar tinggi dan khusus inflasi untuk memperlambat laju pengetatan," kata Goldman.

Sementara itu, ekonom di Morgan Stanley, bank investasi Wall Street lainnya pada Selasa (22/6/2022) menempatkan kemungkinan resesi AS untuk 12 bulan ke depan di sekitar 35 persen.

"Pada titik ini, resesi tidak lagi hanya merupakan risiko ekor mengingat kesulitan Fed dengan inflasi," kata Morgan Stanley.

Goldman memperkirakan probabilitas kumulatif 48 persen resesi selama dua tahun ke depan dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 35 persen.

"Tebakan terbaik kami adalah bahwa resesi yang disebabkan oleh pengetatan moderat akan menjadi dangkal, meskipun kami bisa membayangkannya berlarut-larut sedikit lebih lama daripada dengan lebih banyak dukungan kebijakan," ekonom di Goldman menambahkan.

UBS juga mengatakan resesi akan dangkal jika itu terjadi, tetapi tidak diperkirakan terjadi di Amerika Serikat atau secara global pada 2022 atau 2023. Goldman, sebelum kenaikan suku bunga Fed, berpendapat bahwa ada cara yang "layak meskipun sulit" untuk menyeimbangkan kembali pasar tenaga kerja dan menurunkan inflasi tanpa resesi.

Elon Musk awal bulan ini mengatakan kepada para eksekutif Tesla Inc bahwa dia memiliki "perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi. Menurutnya, pembuat mobil listrik itu perlu memotong staf dan menghentikan perekrutan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement