Rabu 22 Jun 2022 14:58 WIB

Pandemi Ubah Perilaku Komunikasi Manusia

Komunikasi visual lebih mudah diterima dan dikritisi audiens.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Komunikasi saat situasi pandemi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Komunikasi saat situasi pandemi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) 2022, Ratna Permata Sari mengatakan, pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap banyak sektor kehidupan. Termasuk, sikap dan cara berkomunikasi satu sama lain.

Komunikasi visual merupakan strategi efektif dalam digital media saat pandemi karena teks dan ilustrasi bersifat persuasi dalam menyampaikan informasi. Pasalnya, komunikasi visual akan lebih mudah diterima dan dikritisi audiens.

"Hal tersebut karena manusia lebih mudah dalam mempelajari dan mengingat hal yang dilihat dalam visual dari teks lisan atau tertulis," kata Ratna dalam CCCMS 2022 yang digelar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (21/6/2022).

Senada, Rektor UII, Prof Fathul Wahid menilai, informasi data visual hari ini sudah menjadi bagian penting dari informasi yang diterima sehari-hari. Informasi tersebut dengan mudah dapat diterima melalui televisi maupun internet.

Meski begitu, ia mengajak untuk memberikan pula perhatian terhadap efek negatif dari informasi data visual. Fathul menekankan, ajakan itu bukan berarti untuk berpikiran pesimis, tapi merupakan ajakan untuk menghindari pemikiran yang naif.

"Perspektif baru dan berbeda akan memberikan ilmu baru untuk menghadapi krisis dalam komunikasi visual," ujar Fathul.

Pada 6th CCCMS mengangkat tema Visualizing The Crisis, membahas perubahan cara berperilaku dan berkomunikasi akibat pandemi. Pembicara utama diisi dosen Asia Institute, Faculty of Arts, dari Melbourne University, Dr Edwin Jurriens.

Edwin menyampaikan presentasi mengenai Planetary Citizenship melalui kreativitas visual yang memvisualisasikan krisis. Ide Planetary Citizenship akan dihubungkan dengan analisis dan perbaikan kondisi planet bumi dengan sosial masyarakat.

Kemudian, hak dan tanggung jawab budaya, serta politik sebagai masyarakat global dan lokal. Contoh studi kasusnya film dari Garin Nugroho berjudul The Planet : A Lament dan film dokumenter lingkungan oleh sutradara film Dandhy Dwi Laksono.

"Menurut saya, pekerjaan mereka melihat Covid-19 bukan sebagai krisis, tapi sebagai bagian besar dari masalah lingkungan sosial dan politik yang saling berkaitan," kata Edwin.

Selain itu, Edwin mempresentasikan beberapa foto sebagai contoh dari kreativitas visual yang menggambarkan Planetary Citizenship. Edwin sempat pula pula menulis buku terkait pembahasan ini yang berjudul Visual Media in Indonesia pada 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement