Jumat 24 Jun 2022 16:05 WIB

Makna Surat Al-Ma'un: Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil

Membawa kebahagiaan bagi masyarakat adalah tugas individu sekaligus tugas kolektif.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Warga melakukan shalat ghaib untuk putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril usai shalat Jumat di Masjid Raya Bandung, Alun-alun Kota Bandung, Jumat (3/6). Makna Surat Al-Ma'un: Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil
Foto: Edi Yusuf/Republika
Warga melakukan shalat ghaib untuk putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril usai shalat Jumat di Masjid Raya Bandung, Alun-alun Kota Bandung, Jumat (3/6). Makna Surat Al-Ma'un: Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Ma'un merupakan surat yang diturunkan di Makkah. Surat Al Al Ma'un berjumlah tujuh ayat.

Kandungan surat ini secara garis besar menggambarkan tentang kemunafikan, ketidaktulusan, dan kepura-puraan. Mereka ini adalah orang-orang yang mendustakan agama, lalai dalam sholat dan bersifat riya. Artinya, meskipun mereka beribadah, sholat yang ia lakukan hanya untuk mendapatkan pujian bukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah.

Baca Juga

Dalam surat Al Ma'un ditemukan kata "Ad-Din" yang berarti agama, iman, akhirat, atau pahala akhir. Ini mungkin berarti jika seseorang mencela salah satu dari ini, ia akan dianggap mengingkari agama secara keseluruhan.

Kemudian kata "Sahun" ini merujuk pada orang munafik yang sholat di depan umum, tetapi tidak sholat ketika sendiri, orang-orang yang mengerjakan sholat dalam keadaan lalai, orang-orang yang biasanya menunda sholat sampai akhir waktu yang ditentukan, atau orang-orang yang melaksanakan shalat di luar waktu yang telah ditentukan.

Al-Ma'un sendiri berarti perkakas yang biasanya saling dipinjamkan. Dilansir dari About Islam, Rabu (22/6/2022), surat Al-Ma'un dibuka dengan pertanyaan “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?” Jawaban yang paling mungkin adalah orang yang mengingkari iman dan menolak menjadi penyembah Allah, atau menolak percaya pada akhirat.

Tetapi yang mengejutkan bukan itu jawabannya. Dalam ayat kedua disebutkan, "Maka dialah orang yang menghardik anak yatim."

Ini menggambarkan sifat seseorang yang menghina anak yatim. Alquran menganggap seseorang seperti itu telah mendustakan agama. Selain menghina anak yatim, Alquran juga mencatat karakteristik lain yang termasuk mengingkari agama, yakni tidak memberi makan orang miskin lagi membutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement