Kamis 23 Jun 2022 09:03 WIB

Ekonomi Terpuruk, Pakistan Terima Pinjaman 2,5 Miliar Dolar AS dari China

Mata uang rupee Pakistan ditutup pada level terendah sepanjang masa.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang Pakistan menonton saluran berita yang menayangkan berita tentang keputusan FATF, di sebuah pasar di Karachi, Pakistan, Jumat, 17 Juni 2022. China telah menyetujui pinjaman dana sebesar 2,3 miliar dolar AS untuk Pakistan.
Foto: AP Photo/Fareed Khan
Seorang Pakistan menonton saluran berita yang menayangkan berita tentang keputusan FATF, di sebuah pasar di Karachi, Pakistan, Jumat, 17 Juni 2022. China telah menyetujui pinjaman dana sebesar 2,3 miliar dolar AS untuk Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- China telah menyetujui pinjaman dana sebesar 2,3 miliar dolar AS untuk Pakistan. Dana tersebut akan digunakan untuk menopang cadangan devisa Pakistan yang semakin menipis. 

"Konsorsium bank China hari ini telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman 15 miliar renminbi (2,3 miliar dolar AS) setelah ditandatangani oleh pihak Pakistan kemarin (Selasa, 21 Juni 2022). Aliran masuk diharapkan dalam beberapa hari. Kami berterima kasih kepada pemerintah China untuk memfasilitasi transaksi ini,” kata Menteri Keuangan Pakistan Miftah Ismail lewat akun Twitter-nya, Rabu (22/6/2022), dikutip laman TRT World.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari turut menyampaikan terima kasih kepada China atas fasilitas pinjaman tersebut. Mata uang rupee Pakistan ditutup pada level terendah sepanjang masa, yakni di 211,93 per dolar AS. Rupee Pakistan kehilangan 0,21 persen di pasar antar-bank pada Rabu lalu.

Saat ini cadangan devisa Pakistan mencapai hampir 9 miliar dolar AS. Miftah Ismail berharap Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan jumlah dana dan durasi program bailout. Menurut dia, pada Selasa (21/6/2022) lalu, Pakistan dan IMF pada dasarnya sudah mengunci langkah-langkah anggaran serta fiskal.

Ismail tak mengharapkan adanya hambatan bergerak maju. "Saya mengharapkan durasi program akan diperpanjang satu tahun dan jumlah pinjaman akan ditambah," ucapnya.

Kendati demikian, Ismail mengatakan bahwa IMF belum berkomitmen untuk perubahan. Saat ini Pakistan sedang bergulat dengan melonjaknya inflasi dan rupee yang terdepresiasi dengan cepat. Sebagai negara pengimpor teh terbesar di dunia, Pakistan telah menyerukan warganya mengurangi konsumsi minuman tersebut menjadi satu atau dua cangkir saja per hari. Impor teh dinilai menambah beban keuangan pemerintah.

"Teh yang kita impor, diimpor dengan mengambil pinjaman," kata Menteri Federal untuk Perencanaan dan Pembangunan Pakistan Ahsan Iqbal pada 15 Juni lalu. Menurut Observatory of Economic Complexity, impor teh ke Pakistan mencapai 640 juta dolar AS pada 2020.

Selain pengurangan konsumsi teh, Iqbal turut menyerukan bisnis-bisnis di Pakistan tutup lebih awal guna menghemat listrik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement