Jumat 24 Jun 2022 07:32 WIB

Euforia Indonesia Open, Prestasi Terburuk dan Cara Cerdas Malaysia

Indonesia terjebak euforia dalam penyelenggaraan dua turnamen di Indonesia.

Anthony Sinisuka Ginting dari Indonesia berbaring saat pertandingan perempat final tunggal putra usai kalah melawan Viktor Axelsen dari Denmark di Turnamen Bulu Tangkis East Ventures Indonesia Open 2022 di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2022.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Anthony Sinisuka Ginting dari Indonesia berbaring saat pertandingan perempat final tunggal putra usai kalah melawan Viktor Axelsen dari Denmark di Turnamen Bulu Tangkis East Ventures Indonesia Open 2022 di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2022.

Oleh Reporter Republika, Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Selama empat dekade penyelenggaraannya, Indonesia Open 2022 disebut yang paling buruk prestasinya. Bagaimana tidak, para wakil Indonesia tidak ada yang menembus ke babak semifinal. Empat wakil Indonesia di babak perempat final, semuanya terhenti langkahnya.

Baca Juga

 

Dalam sejarahnya, para pemain Indonesia selalu lolos ke babak final turnamen level Super 1000 itu. Memang, ada beberapa kali, Indonesia harus puasa gelar juara di turnamen tersebut. Namun paling tidak, ada wakil yang bisa ditonton hingga partai puncak.

 

Di Indonesia Open lima tahun terakhir, Indonesia selalu meraih gelar juara. Pada 2017, pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi juara, setelah tiga tahun Indonesia puasa gelar juara. Pada 2018, bahkan ada dua gelar juara. Selain Tontowi/Liliyana, gelar juara juga disumbangkan pasangan peringkat 1 dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

 

Pasangan yang kerap disapa Minions ini mencetak hattrick dengan meraih gelar juara di Indonesia Open selama tiga tahun beruntun dari 2018 hingga 2021. Pada Indonesia Open 2022, Marcus belum benar-benar fit usai menjalani operasi di Portugal beberapa bulan lalu. Sehingga penampilan Minions tak maksimal dan harus kalah di babak kedua. Masalah cedera ini pun memaksa Minions harus mundur dari dua turnamen di Malaysia dan turnamen di Singapura yang dimulai pekan depan.

photo
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon (kiri) dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di turnamen Indonesia Open 2022.

 

Sebagai tuan rumah, Indonesia pernah berjaya dengan menggasak dan menyapu bersih semua gelar juara dalam empat kali penyelenggaraan Indonesia Open sejak diselenggarakan pada 1982. Pada 1983, Liem Swie King dkk menyapu bersih semua gelar juara.

 

Kemudian Indonesia juga menyampu bersih semua gelar juara Indonesia Open selama dua tahun beruntun yaitu pada 1996 dan 1997. Indonesia hampir mencetak hattrick pada 1998, namun digagalkan pemain Malaysia, Yong Hock Kin yang menjuarai tunggal putra.

 

Indonesia terakhir menyapu bersih semua gelar juara pada Indonesia Open 2001. Semua gelar juara diraih wakil-wakil Indonesia yaitu Marleve Mainaky, Ellen Engelina, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Deyana Lomban/Vita Marissa dan Trikus Heryanto/Emma Ermawati.

 

Namun kejayaan-kejayaan di masa lalu, mulai redup tatkala semua legenda bulutangkis Indonesia mulai berhenti dan gantung raket, misalnya Taufik Hidayat. Pada Indonesia Open 2007, untuk pertama kalinya Indonesia tidak meraih satu gelar juara pun. Cina berjaya dengan mencuri tiga gelar juara.

 

Setelah itu, Indonesia juga mencetak hattrick dengan puasa gelar juara selama tiga tahun berturut-turut di Indonesia Open 2009-2011. Setahun berselang, Simon Santoso menyelamatkan wajah Indonesia dengan menjuarai sektor tunggal putra. Kemudian pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga menjadi satu-satunya juara pada Indonesia Open 2013. Meski setelah itu, kembali tiga tahun penyelenggaraan Indonesia Open, Indonesia kembali puasa gelar.

photo
Ekspresi pebulu tangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan (kiri) dan Hendra Setiawan saat kalah melawan ganda putra China Liu Yuchen/Ou Xuan Yi dalam babak 32 besar Indonesia Open 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (15/6/2022).

 

Mungkin ada beberapa faktor, buruknya prestasi wakil-wakil Indonesia di Indonesia Open 2022. Faktor kelelahan bisa menjadi faktor utama. Karena penyelenggaraan dua turnamen secara beruntun yaitu Indonesia Masters 2022 pada 8-12 Juni 2022, kemudian dilanjutkan Indonesia Open pada 14-19 Juni 2022. Hanya Viktor Axelsen dari Denmark dan ganda campuran dari Cina, Zheng Siwei/Huang Yaqiong yang meraih gelar juara di dua turnamen tersebut.

 

Tiga juara di Indonesia Masters 2022 lainnya, termasuk Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, kalah sebelum menyentuh babak final. Kelelahan pun disampaikan juara ganda putri Indonesia Masters 2022, Chen Qingchen/Jia Yifan.

 

Usai berlaga di babak final Indonesia Masters 2022 pada Ahad (12/6/2022), rupanya Chen/Jia sudah dimainkan di hari pertama babak pertama Indonesia Open 2022 pada Selasa (14/6/2022). Mereka memprotes harusnya dimainkan di hari kedua Indonesia Open, mengingat mereka harus bermain hingga partai final di Indonesia Masters 2022. Chen/Jia pun terhenti di perempat final Indonesia Open 2022.

 

Usai pandemi Covid-19, penyelenggaraan dua turnamen di Indonesia ini memang menjadi pelepas dahaga, baik bagi pemain maupun penonton. Setelah turnamen Indonesia Masters 2020, Indonesia tidak menggelar turnamen karena meningkatnya kasus Covid-19 di seluruh dunia.

 

Indonesia kembali menggelar tiga turnamen internasional sekaligus pada akhir tahun 2021 di Bali. Itu pun, penyelenggaraannya tidak dibuka untuk penonton. Maka pada dua turnamen tahun ini menjadi euforia karena pada akhirnya penonton bisa kembali melihat langsung para pemain bertanding di Istora Senayan, Jakarta.

 

Namun karena euforia ini pula yang membuat pemerintah Indonesia, dalam hal ini melalui Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), abai dalam membuat strategi. Sedangkan Malaysia sudah berada satu langkah di depan dari Indonesia.

 

Jika di Indonesia, turnamen Indonesia Masters yang merupakan level Super 500 kemudian diikuti Indonesia Open dengan level yang lebih tinggi yaitu Super 1000. Namun Malaysia lebih cerdas dengan memasang turnamen Malaysia Open dengan level Super 1000 lebih dulu di pekan pertama, baru kemudian Malaysia Masters level Super 500 di pekan berikutnya.

 

Strategi ini dinilai cukup jitu. Karena para pemain di awal turnamen, pastinya memiliki tenaga penuh dalam bertanding. Sehingga meraih gelar juara di level Super 1000 sangat worth it. Sedangkan tenaga-tenaga sisanya baru dimainkan di turnamen level yang lebih rendah.

photo
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Muhammad Rian Ardianto (kanan) dan Fajar Alfian (kiri) berfoto di podium usai laga final turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2022.

 

Hal ini pun diakui para pengurus PBSI. Turnamen di Indonesia pada tahun-tahun selanjutnya, jika digelar selama dua pekan beruntun akan memasang Indonesia Open lebih dulu, baru kemudian Indonesia Masters. Tentunya jika strategi ini telah dipasang jauh sebelumnya, Fajar/Rian menjadi juara di Indonesia Open, bukan di Indonesia Masters.

 

Tapi rupanya langkah Malaysia lebih cerdas, dengan tidak terjebak dengan euforia, tapi sudah memikirkan strategi ke depannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement